Anas menceritakan
bahwa dalam perang Hunain, Ummu Sulaim terlihat membawa sebilah pisau badik.
Ketika Abu Thalhah melihatnya, dia melaporkan kepada Rosulullah saw., “Wahai
Rosulullah, lihatlah Ummu Sulaim, dia membawa sebilah pisau badik!” Rosulullah
saw. lalu bertanya kepada Ummu Sulaim, “Untuk apa pisau itu?” Ummu Sulaim
menjawab “Untuk aku gunakan sebagai alat berperang. Begitu ada salah seorang
pasukan musyrik yang mendekatiku, maka akan aku tikam perutnya.”
Ya, Ummu Sulaim
Al Ghumaisha, seorang politikus yang pemberani, berani melawan kebathilan, berani
membela agama Allah dan Rosulullah, dan tak takut mati di medan perang.
Buat para akhwat, termasuk ane, yang suka terlibat dalam kehidupan politik, mari kita tengok, kita teladani Ummu Sulaim.
Buat para akhwat, termasuk ane, yang suka terlibat dalam kehidupan politik, mari kita tengok, kita teladani Ummu Sulaim.
Bukan, bukan membawa
sebilah pisau badik yang kita tiru, tapi sifatnya yang pemberani, berani
melontarkan kebenaran-kebenaran yang datang dari Allah. Kata orang “Politik itu
kotor”, tapi akan lebih kotor ketika para da’i atau da’iyah tidak ada yang
terlibat dalam kehidupan politik. Berpartai bukan hal yang buruk, justru dengan
partai kita bisa berdakwah disana.
Perjuangan kita
memang tak bisa dibandingkan dengan perjuangan Ummu Sulaim, begitu pula dengan
perjuangan saudara-saudara kita di Palestina yang jatuh berguguran sebagai
syuhada di Gaza, di Rohingnya, di Siriah. Lawan mereka adalah Negara adidaya, lawan
kita hanyalah partai politik, orang-orang nasionalis,dll. Mereka dihujani rudal
dan bom, kita hanya dihadang cemoohan dan fitnah. Mereka berdarah-darah, kita
hanya berkeringat.
Mari kita
sejenak mengingat perjuangan-perjuangan sahabiyah seperti Ummu Sulaim, serta
wanita-wanita Palestina, Rohingnya, Siriah, dengan kepalan tangan mujahidah.
Agar ghirah mereka mengalir di tangan kita. Jangan takut ukhti,.
Mari mewujudkan
iman dengan amal siyasi untuk kesejahteraan bangsa J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar