11 Juli 2013

Karena kita adalah...,


Karena seorang muslimah mempunyai peran yang besar dalam sejarah dakwah islam, maka buku ini sangat penting dibaca oleh muslimah untuk mengetahui potensi-potensi apa saja yang bisa diberikan dalam dakwah ini. Banyak hal yang dikaji dalam buku tersebut. Mulai dari persiapan akhwat sebagai da’iyah, keta’atan bagi akhwat, pakaian perempuan muslimah, perhiasan akhwat, etika berinteraksi, contoh keterlibatan shahabiyah dalam pentas kehidupan, dan masih banyak yang lain.
Banyak inspirasi yang bisa kita peroleh. Salah satunya dalam rangka penyiapan spiritual seorang muslimah.Akidah merupakan pondasi kehidupan mukmin. Takaran kekuatan ruhiyah seseorang ditentukan oleh tancapan akidah yang melekat di hatinya. Di sini bisa kita pahami, bahwa tarbiyah generasi awal bermula dari penanaman akidah dalam hati. Beberapa tonggak dalam upaya mempersiapkan kekuatan ruhiyah seorang muslimah yaitu memiliki kejelasan loyalitas, menghiasi diri dengan akhlak terpuji, shalat malam, tilawah al-qur’an, mengingat dan menyebut nama Allah. Selain persiapan spiritual, harus diimbangi pula dengan persiapan intelektual, fisik dan dana. Sebelum terjun menjadi da’i seorang muslimah harus memiliki bekal-bekal tersebut, yang paling utama adalah persiapan ruhiyah.
Inspirasi lain yang saya peroleh ada pada bagian keterlibatan shahabiyah dalam pentas kehidupan. Di situ dibericontoh beberapa shahabiyah yang berperan sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak, anak yang berbakti pada orang tua, pencari ilmu, aktivis kegiatan sosial, aktivis kegiatan ekonomi, aktivis keperawatan, aktivis kegiatan dakwah, aktivis kegiatan politik, pembantu pasukan muslimin, mujahidah memerangi kaum musyrik, merawat korban di medan jihad. Sebagai akhwat kita tetap bisa memberikan sumbangan amal kita untuk dakwah. Dalam peran apapun kita di kehidupan masyarakat, kita harus senantiasa menyertakan dakwah seperti yang dicontohkan oleh shahabiyah terdahulu.

-icha-

Antara Dua Hati,


Begitu banyak ilmu mengenai Bagaimana Menyentuh Hati orang lain. Salah satu buku
Populerya itu karya Abbas As-Siisiy berjudul “Bagaimana MenyentuhHati”. Di dalam buku tersebut dikisahkan berbagai lembaran sejarah tokoh-tokohu lama tentang bagaimana mereka berdakwah dengan menyentuh hati obyek dakwah. Bagaimana sesungguhnya konsep menyentuh hati yang mampu mendekatkan orang lain kepada diri kita dengan penuh keihklasan, beberapa formula dasarnya adalah:

#Konsep 1

“Hati hanya dapat disentuh dengan Hati”

Kalau yang inisih, saya yakin pembaca sekalian sudah sering dengar. Ini menjadi konsep dasar pertama, dimana hanya hati ikhlas yang mampu menyentuh hati orang lain untuk mendekatkan dirinya kepada kita atas dasar keikhlasan juga.  Kasihsa yang kita terhadap sesame ciptaan Allah SWT akan menyebarkan aura positif kesekeliling dan dapat dirasakan oleh lingkungan secara langsung melalui proses komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal, dan ini terjadi secara bawah sadar.

#Konsep 2

“Antara dua Hati, harus saling berangkulan”

Maksud dari ‘berangkulan’ bukan berarti berangkulan layaknya duai nsan seperti di film-film Hollywood atau bollywood, hehehe. Kata ‘berangkulan’ untuk mengilustrasikan kesetaraan atau kesejajaran. Bisa dibayangkan kalau dua orang akan saing berangkulan, namun salah satu diantaranya ada di lantai atas, atau di posisi anak tangga lebih tinggi. Ya! inilah yang dimaksud, bahwa Menyentuh Hati takkan bisa dilakukan jika salah satu diantaranya memposisikan hatinya lebih tinggi dari yang lain. Sikap tersebut dapat berupa sombong, meremehkan, merasa lebih pintar, menganggap orang lain lebih bodoh, dsb.

Yakinlah, meskipun sebenarnya memang diri kita lebih baik dalam hal tertentu dari orang lain, tinggi hati tetap takkan mampu Menyentuh Hati orang lain. Mungkin kita akan dikagumi sejenak, lalu ditinggal kan kala ada orang lain yang lebih layak dikagumi daripada kita. Mungkin orang datang kepada kita saat butuh,  dan menghilang saat urusan dengan kita sudah tuntas. Persahabatan atau hubungan sosial seperti ini takkan pernah awet, karena selalu berlandaskan pada kepentingan pribadi yang bersifat semu, bukan oleh keihlasan untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan.

Bagaimana Menyentuh Hati?

Setelah belajar mengenai konsep Menyentuh Hati, Anda tentu penasaran, bagaimana caranya agar dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya akan berikan tips-tips, yang sejujurnya belum semua dapat saya terapkan secara sempurna, namun Insya Allah sedang proses usaha menuju kesana. Berikut Tips-nya:

Bahwa Allah ciptakan manusia dengan bentuk sebaik-baiknya. Allah tidak mungkin menciptakan makhluk jelek, karena Allah Maha Sempurna dari hal tersebut. Seringkali penilaian manusia-lah yang menganggap sesuatu itu jelek dan tidak berguna, karena kemampuan berpikir manusia terlalu terbatas. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan makhluk lain, sehingga lebih-lebih lagi tidak mungkin merupakan ciptaan tanpa guna. Artinya, setiap manusia tentu tercipta dengan segudang potensi. Jika belum menyadari potensi orang lain, ingat kembali tips ini dan berusahalah untuk mencari potensi di balik orang tersebut. Pasti ada maka, kita takkan ingat lagi dengan upaya meremehkan.

Anggap semua orang sebagai Guru. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna, namun tetap sajati tidak sempurna, karena hanya Allah yang sempurna. Setiap dari kita memiliki kekurangan dan orang lain pasti memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Dengan begitu, kita dapat belajar dari siapapun. Bahkan dari seorang pelaku maksiat, kita dapat belajar bahwa perbuatannya dapat menimbulkan mudharat baik bagi dirinya maupun lingkungan sekitar. Jadikan setiap orang sebagai Guru, maka kita akan menaruh hormat dan siap belajar dari siapapun sehingga kita senantiasa merendahkan hati dan terhindar dari sikap sombong.

Berpikir Win-Win. Setiap manusia tentu Allah karuniai kelebihan dan kekurangan. Berpikir Win-Win berarti mengupayakan agar setiap potensi yang ada dapat berkolaborasi untuk menghasilkan karya besar. Daripada harus berpikir kompetisi dan ingin selalu menang dari orang lain, mending mencari jalan untuk menang bersama orang lain. Sikap Win-Win dapat membangun kesadaran bahwa keberadaan orang lain begitu penting dalam hidup kita.


Mari sama-sama berikhtiar untuk menjadi manusia ikhlas dan ahli dalam Menyentuh Hati.

-naokyicha@moega-

Hati Orang Beriman,


Berdakwah bukan perkara menyampaikan kebaikan, namun lebih dari itu menyampaikan kalam tuhan tidak semudah berpidato atau berkata-kata, perlu dengan metode khusus cara menyampaikan dengan menyentuh hati.
Tugas Kita
Dalam memberikan arahan (taujih) tentang tugas dakwah, Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan perumpamaan dengan perkataannya, "Di setiap kota terdapat pusat pembangkit tenaga elektrik. Para pegawai memasang instalasinya di seluruh penjuru kota, memasang tiang dan kabel, setelah itu aliran elektrik masuk ke pejabat-pejabat, rumah-rumah, dan tempat-tempat lain. Jika aliran elektrik tersebut kita matikan dari pusat pembangkitnya, nescaya seluruh penjuru kota akan gelap gelita. Padahal saat itu tenaga elektrik ada dan tersimpan di pusat pembangkit elektrik, hanya saja tenaga elektrik yang ada itu tidak dimanfaatkan."Demikianlah, Allah swt. telah menurunkan Al Qur'an Al-Karim kepada kita, dan dialah sebesar-besar “tenaga” dalam kehidupan ini. Allah swt. berfirman,
Sesunggubnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan mereka dari gelap gelita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 15-16)
Itulah yang diumpamakan dengan Al-Quran iaitu sebagai sumber cahaya,dan umat Islam itu sebagai pegawai-pegawai yang bertugas untuk menyampaikan tenaga itu kepada keseluruhannya. Allah swt. berfirman,
"Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan keadaan orang yang berada dalam gelap gelita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)
Tatkala Anda ingin memikat hati mad'u, Anda harus ingat bahwa Anda adalah seorang da'i, bukan seorang ulama atau fuqaha. Tatkala Anda berdakwah, Anda harus ingat bahwa Anda sedang memberikan hadiah kepada orang lain, maka Anda harus mempertimbangkan hadiah apa yang sekiranya patut diberikan dan bagaimana cara memberikannya.
Rintangan Dakwah
Permasalahan yang menghadang seorang da'i di tengah medan dakwah adalah permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan boleh memberikan sesuatu pun. Allah swt. berfirman,
"Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita kesakitan (pula), sebagaimana kalian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana."(An-Nisa': 104)
Oleh kerana itu, seorang da'i hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain kemudian memupuknya, Tugas seorang da'i seperti tugas seorang pengajar dan doktor yang akan memberikan ubat sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pesakitnya. Tidak masuk akal kalau semua pesakit diberi ubat yang sama, kerana penyakit mereka tentu berbeza-beza satu sama lain.
Tugas pengajar adalah menghayati hati dan pola pemikiran siswa, lalu membimbing mereka sedikit demi sedikit, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana, sedangkan tugas doktor adalah menghapus penderitaan pesakit dengan kata-kata yang dipenuhi keimanan dan memberikan ubat yang sesuai.
Jika tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa iri dan dengki itu dapat memberikan mudharat, maka tatapan mata yang dipenuhi rasa iman dan kasih sayang akan menimbulkan cinta dan keimanan.Dari sini kita dapat mengetahui betapa berharganya indra yang diberikan oleh Allah swt. kepada manusia. Indra adalah bagian penting dari tubuh manusia,sedangkan jasad secara keseluruhan adalah sebagai tempat tinggal bagi indra tersebut.Allah swt. berfirman,

"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?' Perhatikanlah bagaimana berkali-kali Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)." (Al-An'am:46)
"Katakanlah, 'Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati.'" (Al-Mulk: 23)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) lidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf: 179)
Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat Allah swt. berupa indra adalah orang yang tidak mengetahui sumber kehidupan yang amat besar. Allah swt. berfirman,
"Ataukah seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-menindih,apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tidaklah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (An-Nur: 40)DanAllah swt. berfirman,

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan itu ia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaanya dalam gelap gelita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)
Marilah kita perhatikan gambaran-gambaran berikut,
"Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Bagi mereka siksa yang amat berat." (Al-Baqarah: 7)
"Dan Kami adakan tutup di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Apabila kalian menyebut Rabb kalian saja dalam Al-Qur'an, nescaya mereka berpaling ke belakang kerana bencinya." (Al-Isra': 46)
Orang yang tidak menggunakan indranya adalah orang yang hidup dalam "dunia yang tidak nyata", sehingga alam sekitarnya tidak akan melihat dan merasakan keberadaannya, serta tidak akan sedih jika ditinggal pergi.
Mereka tidak memahami makna hidup yang sebenarnya, tujuan penciptaan, dan tanggung jawab yang dibebankan. Adapun da'i, ia ibarat qalbu (hati), maka barangsiapa yang tidak memfungsikan hatinya, ia tidak mendapatkan sambutan dari masyarakatnya.Allah swt. berfirman,

"Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku Iemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekelilingmu." (Ali Imran: 159)
Hati yang beriman adalah sumber penggerak, sebagaimana firman-Nya,
"Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan seizin Allah. Barangsiapa beriman kepada Allah, nescaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (At-Taghabun: 11)

Perasaan dan kasih sayang adalah "bahasa" internasional yang dipergunakan oleh da'i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi, hingga kepada orang bisu sekalipun.Kerana rahmat Allah-lah Anda berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu berlaku keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjauhimu, wahai para da'i.


-ophie-

Muslimah...,


Menjadi seorang dai adalah kewajiban bukan sekedar pilihan, karena setiap dari diri ini wajib menjadi pemberi kebaikan untuk lingkungannya bukan hanya menerima kebaikan. Terutama sebagai akhwat yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi penerus. Menjadi dai perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Dari persiapan spiritual, fisik, intelektual dan dana.
Mempersiapkan akhwat muslimah sebagai daiyah
Allah menghendaki setiap daiyah muslimah yang integral, bisa mengajak orang lain kedalam kebaikan tanpa melupakan diri sendiri. Dalam Q.S Al Baqarah :44 Allah berfirman:
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca AlKitab, apakah kamu tidak berpikir?”
1.      Penyiapan spiritual
Rasulullah menyiapkan generasi awal Islam dengan tarbiyah ruhiyah (pembinaan spiritual). Tarbiyah ruhiyah tersebut berawal dari pembinaan akidah, proses pembersihan jiwa.
a.       Jelasnya loyalitas
Loyalitas merupakan karakter asasi setiap muslim. Dengan ini, ia mampu membedakan mana orang-orang yang beriman dan yang kafir. Allah memerintahkan untuk menyerahkan loyalitas penuh kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tahapan loyalitas muslimah:
·         Komitmen (iltizam) terhadap syariat Allah. Seluruh tindakan dan amalan tidak boleh bententangan dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh islam.
·         Wujud loyalitas sesama mukmin adalah alokasi penataan gerak dakawah bersama mereka. Bersikap kasih sayang dan lemah lembut sesama mereka, menerapkan ukhuwah sebagai bentuk kekuatan struktural di antara mukmin. Ukhuwah direalisasikan sampai pada tingkatan tlong menolong diantara mukmin.
·         Konsekuensi loyalitas terhadap mukmin adalah memiliki sikap yang tegas terhadap orang-orang kafir.
b.      Berhiaskan akhlak yang terpuji
Perwujudan karakter muslim yang tampak di permukaan adalah ajaran akhlak dari individu sampai sosial. Para daiyah merupakan cermin dari umatnya. Dengan landasan akidah, muslimah diharapkan mampu membimbing umat menuju jalan Allah. Dengan perbaikan akhlak, maka kejelasan karakter muslimah akan terlihat. Jika kita perhatikan dari Sirah Rasulullah, Rasul berdakwah dengan akhlak yang sempurna di tengah kaumnya. Allah pun tidak menyukai orang-orang yang hanya bisa berbicara, mengajak, dan melarang orang lain, namun ia sendiri tidka seperti apa yang ia ucapkan. Di sinilah urgensi akhlak terpuji perlu ditekankan oleh muslimah.
c.       Shalat malam
Ciri orang bertakwa biasanya dikaitkan dengan sedikitnya tidur di waktu malam sebab ibadah malam telah menjadi bagian dari hidupnya. Waktu malam lebih khusyuk dan menjadikan hati mampu merasakan kelemahan diri di hadapan sang Khalik. Pembinaan ruhiyah akan berjalan efektif dengan qiyamullail ini, sehingga tidak mengherankan mereka yang telah merasakan nikmatnya sholat malam akan merasa sangat kehilangan jika ada satu malam yang terlewatkan darinya.
d.      Tilawah
“…dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil.” (QS.Al Muzzammil: 4)
Al Qur’an merupakan pedoman umat muslim sehingga harus senantiasa dibaca, ditelaah, kemudian diamalkan isinya. Membacanya berpahala dan merupakan ruh yang memberikan kekuatan ma’nawiyah kepada sang pembaca. Tiada suatu hari dalam kehidupan daiyah muslimah yang boleh dibiarkan berlalu tanpa bacaan Al Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata,”Apabila kamu menginginkan pengetahuan, maka selidikilah Al Qur’an itu sebab di dalamnya termuat ilmu-ilmu dari orang-orang yang dahulu dan yang kemudian.”
e.       Dzikrullah
Dzikrullah merupakan metode persiapan ruhiyah yang amat mengena. Hendaknya para muslimah daiyah senantiasa membasahi lisannya dengan dzikir dalam setiap aktivitas kehidupan, misalnya dalam perjalanan, bekerja, duduk, berdiri dan sebagainya. Syaikh Sayyid Sabiq menjelaskan,”Dzikir atau mengingat Allah, dalam segala apa yang dilakukan oleh hati dan lisan berupa tasbih atau memahasucikan Allah, memuji dan menyanjung-Nya, menyebut sifat-sifat kebesaran dan keagungan, serta sifat keindahan dan kesempurnaan yang telah dimiliki-Nya.”
2.      Penyiapan intelektual
Tidak cukup hanya berbekal aspek ruhiyah karena seiring dengan perkembangan IPTEK maka daiyah muslimah juga semestinya mempersiapkan diri dalam hal intelektualitas (tsaqafah). Meski begitu, bukan berarti harus menghabiskan waktunya untuk menekuni perkembangan sains dan teknologi, hal yang paling penting adalah menempatknnya secara proporsional. Pengetahuan atau tsaqafah yang semestinya dipersiapkan meliputi pengetahuan tentang keislaman, pengetahuan modern dan pengetahuan kecakapan. Pengetahuan keislaman menurut Sa’id Hawwa meliputi tiga landasan pokok (ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, ma’rifatul islam), Al Qur’an baik kandungan maupun ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya, ilmu As Sunnah, Ushul Fiqh, Al-Aqa’id (akidah, akhlak, fikih), sirah Nabawiyah dan tarikh umat Islam, bahasa Arab, sistem musuh dalam menghancurkan islam, studi islam modern dan Fiqh Ad-dakwah.
Pengetahuan modern menitikberatkan pada profesi-profesi yang dibutuhkan oleh umat misalnya dokter muslimah, perawat, guru, farmakolog, arsitek dan sebagainya yang mendukung dan bermanfaat dalam gerak dakwah Islam. Sedangkan pengetahuan kecakapan merupakan keahlian atau skill spesifik misalnya daiyah muslimah semestinya melek teknologi, menguasai komputer dan teknologi informasi dan semacamnya.
3.      Penyiapan fisik
Penyiapan jasadiyah merupakan bagian integral karena akan menjadi kendala dalam dakwah jika muslimah lemah fisik dan sering terkena sakit. Hendaknya muslimah memperhatikan penjagaan kesehatan diantaranya dengan: mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib, menjauhkan dari semua makanan yang merusak badan, menjaga kebiasaan dari hal-hal buruk misalnya merokok, mengurangi minum kopi dan minuman penyegar lainnya, rajin olahraga, dan pengaturan waktu istirahat yang cukup.
Dalam riwayat Muslim: “ Muslim yang kuat lebih baik dan lebih disukai di sisi Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan …”
4.      Penyiapan dana
Materi bukanlah segalanya, akan tetapi ia merupakan hal yang diperlukan untuk kelangsungan dakwah, baik skala individual maupun kolektif. Setiap langkah dakwah pasti membutuhkan materi, baik berupa uang yang langsung terlihat maupun berbentuk perbekalan yang tidak kelihatan secara langsung. Seorang daiyah muslimah yang bertugas melakukan dakwah di tengah masyarakat, salah satunya membutuhkans arana transportasi, yang berarti memerlukan uang untuk naik angkot atau membeli bahan bakar sepeda motor. Bahkan jika seandainya berjalan kaki, ia harus memiliki tenaga dari makanan yang dikonsumsi.
Rasulullah telah memberikan teladan kepada kita agat kita berwirausaha, pada usia dua belas tahun Rasul telah menyertai pamannya berdagang ke negeri Syam. Tentang hal ini, Al Buthy menyatakan “karena itu, para aktivis dakwah merupakan orang uang paling patut mencari penghidupan (ma’isyah) melalui usaha mandiri dari sumber yang mulia, yang tidak mengandung unsur meminta-minta, agar mereka tidak berhutang budi kepada seseorang pun yang menghalanginya dari menyatakan kebenaran di hadapan para ‘investor budi’ tersebut.”
Demikianlah persiapan maliyah amat diperlukan dalam dakwah agar para daiyah muslimah semakin tegar di jalan dakwah.

-Ophie-