30 April 2013

Inspirasi Keakhwatan-2


By: Neny Dwi Hastuti

Karena seorang muslimah mempunyai peran yang besar dalam sejarah dakwah islam, maka buku ini sangat penting dibaca oleh muslimah untuk mengetahui potensi-potensi apa saja yang bisa diberikan dalam dakwah ini. Banyak hal yang dikaji dalam buku tersebut. Mulai dari persiapan akhwat sebagai da’iyah, keta’atan bagi akhwat, pakaian perempuan muslimah, perhiasan akhwat, etika berinteraksi, contoh keterlibatan shahabiyah dalam pentas kehidupan, dan masih banyak yang lain.
Banyak inspirasi yang bisa kita peroleh. Salah satunya dalam rangka penyiapan spiritual seorang muslimah. Akidah merupakan pondasi kehidupan mukmin. Takaran kekuatan ruhiyah seseorang ditentukan oleh tancapan akidah yang melekat di hatinya. Di sini bisa kita pahami, bahwa tarbiyah generasi awal bermula dari penanaman akidah dalam hati. Beberapa tonggak dalam upaya mempersiapkan kekuatan ruhiyah seorang muslimah yaitu memiliki kejelasan loyalitas, menghiasi diri dengan akhlak terpuji, shalat malam, tilawah al-qur’an, mengingat dan menyebut nama Allah. Selain persiapan spiritual, harus diimbangi pula dengan persiapan intelektual, fisik dan dana. Sebelum terjun menjadi da’i seorang muslimah harus memiliki bekal-bekal tersebut, yang paling utama adalah persiapan ruhiyah.
Inspirasi lain yang saya peroleh ada pada bagian keterlibatan shahabiyah dalam pentas kehidupan. Di situ diberi contoh beberapa shahabiyah yang berperan sebagai ibu rumah tangga, pendidik anak, anak yang berbakti pada orang tua, pencari ilmu, aktivis kegiatan sosial, aktivis kegiatan ekonomi, aktivis keperawatan, aktivis kegiatan dakwah, aktivis kegiatan politik, pembantu paskan muslimn, mujahidah memerangi kaum musyrik, merawat korban di medan jihad. Sebagai akhwat kita tetap bisa memberikan sumbangan amal kita untuk dakwah. Dalam peran apapun kita di kehidupan masyarakat, kita harus senantiasa menyertakan dakwah seperti yang dicontohkan oleh shahabiyah terdahulu. 

Ukhti Sholihah,



Muslimah memiliki peran sangat penting dalam perkembangan Islam, akan tetapi terkadang muslimah itu sendiri lupa bahwa dirinya memiliki potensial yang sangat luar biasa. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap orang adalah Dai sebelum menjadi apapun, begitu juga dengan muslimah. Untuk menjadi seorang Dai, tentu saja harus memiliki persiapan, diantaranya persiapan spiritual, intelektual, fisik dan materi.
A.   Persiapan Seorang Dai
Persiapan yang harus dilakukan seorang Dai yaitu berkenaan dengan persiapan spiritual, intelektual, fisik dan materi. Keempat persiapan itu harusnya seimbang, akan tetapi yang menjadi pondasinya adalah persiapan spiritual. Takaran kekuatan ruhiyah seseorang ditentukan oleh kekuatan akidah yang tertanam di hatinya. Jika kemudian ditelaah lebih jauh, persiapan yang berkenaan dengan spiritual ini diantaranya kejelasan loyalitas yang dimiliki, akhlak yang dimiliki, amalan sunah yang utama seperti salat malam, tilawah, menyebut nama Allah, dsb.
Persiapan lainnya adalah persiapan intelektual yang tak kalah pentingnya. Seorang Dai sudah seharusnya memiliki wawasan luas yang mencakup ilmu islam nya sendiri, pengetahuan modern, dan alangkah baiknya jika seorang Dai memiliki kecapakan tertentu yang spesifik. Persiapan selanjutnya berkenaan dengan persiapa fisik yang bisa diartikan dengan kesehatan. Hal ini akan sangat penting, karena jika kita tidak sehat, aktifitas kita pasti akan terhambat tidak munfkin tidak bukan? Oleh karena itu seorang Dai harus mempersiapkan fisiknya dengan berolahraga rutin dan menjalankan pola makan yang sehat. Persiapan yang terakhir adalah persiapan materi, yaitu bagaimana seorang Dai seharusnya dapat mengatur keuangannya dengan baik, dengan pengaturan yang baik ini Dai akan seimbang dalam menjalan amanahnya.
B.   Makna Taat
Dalam kehidupan pasti akan ada yang disebut dengan tata tertib atau aturan, dan tentu saja kehidupan masyarakat akan dapat berjalan seimbang, teratur, harmonis dan damai jika manusia di dalamnya menaati peraturan yang ada. Dalam hal ini seorang muslimah harus menaati siapa dulu?

Ketaatan yang mutlak adalah ketaatan kepada Allah SWT dan Rosululloh SAW. Ketaaan kepada Allah merupakan salah satu syarat untuk mendapat Rahmat dari Nya dan juga merupakan kewajiban yang mengikat seorang yang mengaku dirinya beragama Islam, begitu juga ketaatan pada Rosul Nya. Ketaatan Berikutnya adalah ketaatan kepada Ulil Amri. Yang dimaksud dengan ulil amri disini adalah orang-orang yang melaksanakan atau menangani urusan kita dan juga bertanggung jawab terhadap berbagai urusan kehidupan seseorang secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam hal ini, yang dimaksud ulil amri adalah Pemerintah, Pemimpin dan suami.

C.    Pakaian Muslimah
Pakaian merupakan karunia Allah yang diberikan kepada manusia, dimana pakaian ini merupakan fitrah. Bagaimanakah pakaian muslimah menurut tuntunan Islam? Apakah harus dengan hijab? Berdasarkan kajian yang mendalam, seperti disebutkan dalam surat Al Ahzab, Hijab adalah tuntunan syariah yang diperuntukan untuk istri-istri Nabi. Adapun yang dimaksud Hijab disini bermakna penghalang, tabir antara laki-laki dan perempuan untuk tidak saling melihat. Adapun syarat-syarat pakaian muslimah diantaranya pakaian tersebut menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan dan pakaian tersebut tidak menampakkan aurat,

D.   Perhiasan Muslimah
Sudah menjadi fitrah manusia khususnya muslimah mencintai keindahan, sehingga wajar jika setiap perempuan ingin tampil rapid an cantik. Islam tidak melarang keindahan dan perhiasan, hanya saja Islam berusaha untuk member batasan agar muslimah tidak berlebihan dan melampaui batas. Perhiasan terbagi menjadi dua, macam yaitu ciptaan atau bawaan dan diusahakan. Perhiasan yang bersifat ciptaan ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu yang boleh tampak dan perhisan yang harus disembunyikan. Perhiasan yang tampak ini terdapat pada wajah dan telapak tangan. Sedangkan perhiasan yang harus disembunyikan yang kemudian disebut dengan aurat adalah seluruh tubuh perempuan, kecuali wajah dan telapak tangan.

Perhisan yang diusahakan oleh perempuan yaitu mencakup perhiasan wajah, perhiasan telapak tangan dan pakaian. Akan tetapi perhiasan yang diusahakan itu akan menjadi dilarang jika perhiasan itu malah mendatangkan fitnah, jalan menuju kerusakan, mendatangkan riya dan sombong, serta hilangnya kepribadian muslimah.  Adapun perhiasan yang hakiki untuk para muslimah adalah kebaikan diri yang dapat diartikan dengan kesalehan.

E.    Etika Interaksi Laki-laki Perempuan
Dalam hidup ini, kita akan menemui dua jenis manusia, yaitu laki-laki dan perempuan.  Berdasarkan kisah-kisah pada Al Qur’an dan Hadits, antara perempuan dan laki-laki boleh terjadi interaksi. Akan tetapi syariat memberikan batasan dan rambu-rambu agar dalam berinteraksi bisa tetap menjaga kebaikan dan tidak keluar dari koridor syariat.

Diantara etika yang ditetapkan syariat dalam kaitannya dengan interaksi antara laki-laki dengan perempuan yaitu menutup aurat, menjaga pandangan, tidak mendayu-dayukan suara, keseriusan agenda interaksi, menghindari jabat tangan pada situasi umum, memisahkan laki-laki dan perempuan, tidak berdesakan, menghindari khalwat, meminta izin suami jika menemui perempuan yang suaminya tidak berpergian, dan menjauhi perbuatan dosa.

F.    Teladan Sahabiyat
Kaum perempuan sesungguhnya memiliki dunianya sendiri, selain medan kehidupan yang beririsan yang menuntut penanganan specific oleh kaum perempuan sendiri. Kehidupan yang seutuhnya tentu menghajatkan peran-peran yang total di seluruh sektornya. Sejarah telah mencatat bahwa sahabiyat menjalankan peran-peran kehidupan utuhnya, tanpa canggung dan ragu-ragu. Peran tersebut diantaranya sebagai ibu rumah tangga (istri salehah), sebagai ibu pendidik, sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, sebagai penuntut ilmu, sebagai pemeran kegiatan sosial, terlibat dalam perawatan kesehatan, sebagai pelaku dalam kegiatan ekonomi, sebagai pelaku dakwah, terlibat dalam kehidupan politik, hijrah ke Madinah, pengingkaran terhadap pemimpin yang zalim, membantu pasukan di medan jihad, terjun di medan jihad, dan pengobatan di medan perang.

G.   Fikih Darah
Perempuan pasti akan berkaitan dengan darah, diantaranya darah darah haid, dairah Istihadhah, darah melahirkan, dan darah nifas. Tentang darah haid, tentang warna, berdasarkan hadits Ummu ‘Atiyah menyebutkan,
"Setelah suci, kami tidak menganggap darah keruh atau kuning sebagai sesuatu pun”.(H.R. Abu Daud). Sedangkan untuk umur seorang perempuan mengalami haid pertamanya, sebagian ulama berpendapat bahwa minimal perempuan yang mendapat haid adalah tibeusia 9 tahun dan untuk usia menopause tidak dapat ditentukan secara pastinya. Dijelaskan juga tentang hal-hal yang dilarang ketika haid, seperti salat, puasa, jimak dan talak. Sedangkan yang diperbolehkan diantaranya berdiam di tempat salat ‘Id, membantu suami, tidur bersama suami dalam satu selimut, menikah, menghadiri hari raya, mendengarkan Al Qur’an dan taqorrub kepada Allah.

Darah lain yang kemungkinan keluar dari wanita adalah darah istihadhah yang secara syariat, diartikan sebagai darah yang keluar di luar hari-hari haidh dan nifas karena adanya penyakit atau kelainan pembuluh darah di rahim bagian bawah.  Sehingga perempuan yang mendapat darah istihadhah ini dikenai kewajiban seperti perempuan yang tidak sedang haidh.

Darah nifas merupakan darah yang dapat keluar pada perempuan saat dia melahirkan. Hukum nifas memiliki banyak persamaan dengan darah haid. Apa yang diharamkan bagi orang nifas maka haram bagi orang haid, seperti salat, puasa, bersetubuh dan lain sebagainya.

H.   Kerancuan Pandang Beberapa Syariat Bagi Perempuan
Ketetapan syariat Allah untuk kaum perempuan yang dalam beberapa hal berbeda dengan laki-laki memang terjadi, namun tentu saja hal itu dimaksudkan justru untuk menciptakan keseimbangan yang seutuhnya dalam kehidupan umat manusia ini, bukannya sebagai alat memarjinalkan kaum perempuan. Syariat tegak di atas prinsip keadilan. Tentu saja, keadilan tidak sinonim dengan kesamaan. Sehingga keragaman beberapa syariat Allah atas laki-laki dan perempuan justru untuk memenuhi prinsip keadilan itu. Karena sebagai kaum beriman, kita harus mendasari cara pandang terhadap masalah ini dengan husnudzan kepada Allah , lalu mencari mutiara-mutiara hikmah dibaliknya untuk lebih memahami maksudnya.
Begitu banyak hal yang dapat digali dari seorang makhluk Allah bernama “Perempuan”, oleh karena itu kita sebagai perempuan harus terus belajar sampai akhir hayat. Demikian review buku “Keakhwatan 2” ini, semoga bermanfaat.

Dengan dan atau tanpa kita...,


Dakwah dan tarbiyah akan terus ada dengan ada atau tidak adanya "kita" dalam barisan ini. Jangan pernah berfikir untuk keluar dari barisan dakwah ini dalam situasi dan kondisi apapun dan bagaimanapun. Meski hanya sebagai “keset” asalkan kita masih bermanfaat untuk orang lain kenapa tidak? Bukankah tujuan kita di dunia hanya untuk beribadah kepada-Nya?
Dalam Qs. Adz Dzariat: 56 Allah berfirman:

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tugas manusia di bumi tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah. Sebagai seorang muslimah pun mempunyai kewajiban untuk menjadi seorang daiyah. Karena kita adalah da'i sebelum apapun. Ketika ada surga yang mudah kita dapatkan, kenapa kita susah-susah masuk neraka?
Dalam buku keakhwatan 2 yang ditulis oleh Cahyadi Takariawan "Bersama tarbiyah ukhti muslimah tunaikan amanah" menjelaskan begitu banyak peran seorang muslimah. Salah satu point yang dijelaskan dalam buku tersebut adalah peran daiyah muslimah. Bagaimana mempersiapkan akhwat sebagai daiyah.
Seorang daiyah muslimah harus mempersiapkan dirinya untuk memiliki kepribadian yang setara dengan yang dituntut oleh dakwah, agar dapat menunaikannya dengan baik. Karena Allah mencela sikap orang yang hanya pandai berdakwah mengajak dan mengingatkan orang lain, sementara dirinya sendiri tak mendapatkan perhatian seperti yang telah dijelaskan dalam Qs.Al-Baqarah: 44.

Untuk menjadi seorang daiyah muslimah ada 4 hal yang harus dipersiapkan yaitu: persiapan spiritual, persiapan intelektual, persiapan fisik dan persiapan materi.

A. Penyiapan spiritual
Akidah merupakan fondasi kehidupan mukmin. Tarbiyah generasi awal islam bermula dari peneneman akidah dalam hati. Berikut adalah bekal yang harus dimiliki untuk mempersiapkan kekuatan ruhiyah seorang daiyah muslimah:
a)       Memiliki kejelasan loyalitas (wala')
Wujud dari loyalitas kepada sesama mukmin adalah alokasi penataan gerak dakwah bersama mereka. Bersikap kasih sayang dan lemah lembut serta menetapkan ukhuwah dengan tolong-menolong (ta'awun) diantara orang-orang mukmin. Konsekuensi dari loyalitas adalah memiliki sikap tegas terhadap orang-orang kafir dalam masalah keyakinan dan prinsip dasar ad-din.
b)       Menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji
Para daiyah muslimah merupakan cermin dari umatnya. Daiyah harus memiliki karakter yang kuat dan jelas dimana setiap gerak langkah, tutur kata, perilaku dan kehidupan kesehariannya senantiasa diperhatikan umat.
c)        Sholat malam
Ciri orang bertakwa dikaitkan dengan sedikitnya tidur diwaktu malam hari, sebab ibadah malam telah menjadikan bagian dari hidupnya. Al-Furqon:64.
 

Demikian pula ciri orang beriman dengan sedikitnya tidur diwaktu malam hari dan kegemaran melakukan ibadah malam. Pembinaan ruhiyah berjalan dengan qiyaumullail. Pada waktu itu kebanyakan orang tertidur pulas, disitulah manusia merasakan kesendirian berbincang dengan penguasa alam semesta, lewat sujud-sujud panjang dan do'a-do'a yang dipanjatkan dari kedalaman hati seorang hamba yang lemah.
d)       Tilawah alQur'an
Al Qur'an berfungsi sebagai obat, sekaligus penentram hati. Melalui AlQur'an kita mendapatkan ketenangan dan kekuatan ruhiyah, mendapat petunjuk ilmu pengetahuan yang amat banyak.
Rasulullah bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. (HR.Bukhari)"
e)       Mengingat dan menyebut nama Allah/ dzikrullah
Allah memerintahkan kita berdzikir dalam berbagai kondisi. Dengan berdzikir kita akan mendapatkan ketenangan hati dan termasuk orang yang beruntung. Dalam surat Al Anfal: 45 Allah berfirman:
B. Penyiapan intelektual (tsaqofah)
Sosok daiyah muslimah bukanlah orang yang terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan modern dan teknologi serta perkembangan politik internasional. Setiap daiyah muslimah memiliki tugas untuk melakukan tabligh memang memerlukan kecerdasan dan pemahaman akan ilmu-ilmu, baik qauliyah maupun kauniyah. Lakukan dakwah sejak mengetahui kewajibannya, sembari secara kontinue belajar bidang keilmuan yang diperlukan.
a)       Pengetahuan islam
i.          Ilmu al ushul ats-tsalatsah (3 landasan pokok: ma'rifalullah, ma'rifaturrosul, dan ma'rifalul islam)
ii.        Al Quran
iii.      As sunah
iv.      Ushul fiqih
v.        Akidah, akhlak dan fiqih
vi.      Sirah nabawiyah dan tarikh umat islam
vii.    Bahasa arab
viii.  Sistem musuh dalam menghancurkan islam
ix.      Studi islam modern
x.        Fiqih dakwah
b)       Pengetahuan modern/ kekinian
Keseluruhan ilmu yang bermanfaat bagi dakwah harus dikuasai kaum muslimah, agar dakwah tidak senantiasa menjadi objek. Peran daiyah muslimah adalah mengarahkan potensi-potensi umat sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing agar bisa bermanfaat dalam dakwah.
c)        Pengetahuan kecakapan/ keterampilan
Lebih baik para daiyah muslimah banyak mengetahui beberapa keahlian yang bermanfaat dalam dakwah. Karena hal ini akan mendukung program dakwah.
C. Penyiapan fisik
Penyiapan jasadiah merupakan bagian integral dari keseluruhan penyiapan yang harus dilakukan para daiyah muslimah. Akan menjadi kendala dakwah, manakala para daiyah muslimah lemah fisik, sehingga sering terhinggapi penyakit, baik ringan maupun kronis. Hendaknya setiap daiyah muslimah melakukan penjagaan kesehatan secara teratur dengan mengkonsumsi makanan dan minukam yang halal dan thayib, menjauhkan dari semua makanan dan minuman yang dapat merusak badan, melakukan olahraga secara rutin.
D. Penyiapan materi
Materi bukan segalanya, akan tetapi ia merupakan hal yang diperlukan bagi kelangsungan dakwah. Setiap langkah dakwah membutuhkan materi baik uang maupun bekal yang tidak terlihat secara langsung. Bahkan kebutuhan akan makan itu sendiri, bila daiyah muslimah kekurangan ekonomi sehingga kesulitan untuk makan, pasti akan berpengaruh terhadap kualitas dakwahnya.Sejak dini perlu dilatih dan dikondisikan agar perlahan-lahan usaha kian terbuka bagi para aktivis dakwah. Ini semua dilakukan agar para daiyah muslimah semakin tegar dijalan dakwah.

-Kiki Samiana-

15 April 2013

Kata Pak Cahyadi...,


Dinamika adalah keharusan dalam perjalanan dakwah. Harus selalu ada dinamika, untuk menguatkan kesadaran setiap aktivis akan hakikat amanah yang tengah diembannya. Bahwa perjalanan dakwah akan selalu bertemu dengan berbagai realitas yang tidak mesti sesuai keinginan dan harapan. Dengan dinamika ini, setiap aktivis akan selalu terjaga dan bergairah melaksanakan tugas di pos masing-masing. Ada dinamika internal, ada pula dinamika eksternal. Sebagian aktivis mungkin merasakan kelelahan, rasa capek yang mendera pikiran, hati, perasaan dan badan. Namun sebagian lain memahami dinamika adalah bagian yang menggugah semangat dan keberanian. Apapun kondisi kita, dinamika selalu akan kita temukan di sepanjang perjalanan dakwah yang sangat menantang.
Disebabkan karena cinta kita yang luar biasa besarnya kepada dakwah, jamaah dan umat, maka kita akan selalu tegar dalam melewati berbagai dinamika yang setiap saat datang. Yang menyergap kesadaran kita tiba-tiba. Mendera kesungguhan kita sejadi-jadinya. Menggeriap memasuki relung-relung jiwa kita tanpa terasa. Tidak peduli waktu dan kesiapan kita.
Disebabkan karena energi yang kita  sediakan sangat besar bagi upaya meretas jalan dakwah ini, maka kita akan selalu sanggup menghadapi dinamika apapun yang akan terjadi. Berpagi-pagi, di tengah siang hari, ataupun di malam-malam yang sangat kelam menyelimuti, jiwa aktivis selalu dipenuhi energi. Ya, selalu penuh energi.Energi untuk mengerti dan memahami, energi untuk mencintai, energi untuk peduli, energi untuk berbagi, energi untuk berkontribusi, energi untuk bertahan di semua kondisi, energi untuk tetap bekerja walau tengah disakiti. Energi yang selalu bertambah setiap hari.
Semuanya, disebabkan oleh karena cinta kita yang tidak bertepi kepada jalan dakwah ini.

14 April 2013

SAAT MAAF YANG BERBICARA

Siang itu Khalifah Umar bin Khattab r.a dan para sahabatnya sedang duduk duduk membuat majelis. Mereka bergiliran menyampaikan perkara tentang permasalahan umat dan mencari solusi bersama. Tak ada sekat sedikitpun antara Khalifah Umar r.a dengan para sahabatanya. Tak ada protokoler kenegaraan, tak ada pengawal Khalifah dan tempat duduk mereka sama rata satu dengan yang lainnya. Selang beberapa saat kemudian ada tiga pemuda yang berpenampilan menarik dan tampan memasuki majelisnya. Setelah mengucap salam seorang diantara mereka berkata,” Kami berdua adalah bersaudara. Saat ayah kami sedang sibuk dengan pekerjaanya, dia dibunuh oleh pemuda ini, yang sekarang kami bawa kepada Amirul Mukminin untuk diadili. Hukumlah dia sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah.” Sejenak Khalifah Umar r.a mengamati orang yang ketiga dan memintanya untuk berbicara.

Pemuda yang tertuduh berkata“Kejadian berlangsung tanpa seorangpun yang tahu, tapi Allah Maha Tahu atas segala sesuatu dan yang dikatakan orang ini adalah benar, saya yang bersalah atas kejadian ini dan saya menyesal atas peristiwa naas ini. Aku ini bersasal dari dusun yang jauh dari kota Madinah. Aku datang ke sini untuk berziarah ke makam Rasullulah saw. Di pinggir kota, aku turun dari kudaku untuk berwudhu. Tanpa sepengetahuanku kuda yang aku bawa memakan ranting ranting pohon kurma yang melintangi tembok sebuah rumah. Segera aku tarik kudaku agar berhenti memakan ranting pohon kurma itu. Pada saat itu juga, seorang laki-laki tua yang sedang marah mendekatiku dengan membawa sebuah batu yang besar. Dia melemparkan batu ke kepala kudaku, dan kudaku langsung mati. aku sangat menyayangi kuda itu, aku kehilangan kendali diri. Aku mengambil batu itu dan melemparkannya kembali ke orang tersebut. Dia roboh dan meninggal. Jika aku ingin melarikan diri, aku dapat saja melakukannya, tetapi kemana? Jika aku tidak mendapatkan hukuman di dunia ini, aku pasti akan mendapatkan hukuman yang abadi di akhirat nanti. Aku tidak bermaksud membunuh orang itu, tetapi kenyataannya dia mati di tanganku. Sekarang Amirul Mukmini yang berhak mengadili aku.”

Setelah menyimak pembicaraan yang berlangsung Khalifah Umar r.a berkata, “Engkau telah melakukan pembunuhan. Menurut kitabullah engkau harus menerima hukuman yang setimpal dengan apa yang telah kau lakukan. Dan qishos adalah hukuman yang akan kamu terima.” Pemuda tertuduh itu berkata, “Kalau begitu, laksanakanlah hukuman itu. Tapi aku adalah pemegang amanah harta dari anak yatim dan akan aku serahkan bila mereka sudah dewasa. Aku menyimpan harta itu ditempat yang sangat aman dan hanya aku seorang yang tahu. Maka ijinkan aku mengurusi tanggunganku ini biar tidak ada lagi beban yang aku bawa ke akhirat kelak. Aku meminta ijin tiga hari.

Khalifa Umar r.a menjawab, “ Permintaanmu akan dipenuhi bila ada orang yang bersedia menggantikanmu dan menjadi jaminan untuk nyawamu”. Pemuda itu berkata, “ Sesungguhnya aku bisa saja melarikan diri dan menghindari hukuman ini tapi hatiku dipenuhi rasa takut kepada Allah , yakinlah bahwa aku akan kembali.” Khalifah Umar r.a menolak permohonan itu atas dasar hukum Kitabullah.

Pemuda itupun memandang kesegenap hadirin yang menghadiri majelis itu, wajah wajah para sahabat yang mulia dan penuh taqwa dan akhirnya ia memilih secara acak. Kemudian ia menunjuk Abu Dzar Al Ghifari r.a dan berkata, “Orang ini yang akan menjadi jaminanku”. Orang orang cukup terkaget dengan penunjukan itu. Abu Dzar Al Ghifari adalah sahabat terdekat Rasulullah SAW, seorang yang shaleh, taqwa, wara dan zuhud. Beliau disegani oleh penduduk Madinah dan sering menjadi inspirasi bagi orang banyak. Tanpa keraguan sedikit pun, Abu Dzar setuju untuk menggantikan pemuda itu.

Si tertuduh pun dibebaskan untuk sementara waktu. Pada hari ketiga, kedua penggugat itu kembali ke sidang Khalifah. Abu Dzar ada di sana, tetapi tertuduh itu tidak ada. Kedua penuduh itu berkata: “Wahai Abu Dzar, anda bersedia menjadi jaminan bagi seseorang yang tidak anda kenal. Seandainya dia tidak kembali, kami tidak akan pergi tanpa menerima pengganti darah ayah kami.”

Khalifah Umar r.a berkata: “Sungguh, bila pemuda itu tidak kembali, kita harus melaksanakan hukuman itu kepada Abu Dzar.” Mendengar kata-kata tersebut, setiap orang yang hadir di sana mulai menangis, karena Abu Dzar, orang yang berakhlak sempurna dan bertingkah laku sangat terpuji, merupakan cahaya dan inpirasi bagi semua penduduk Madinah.

Ketika hari ketiga itu mulai berakhir, kegemparan, kesedihan dan kekaguman orang-orang mencapai puncaknya. Tiba-tiba pemuda itu muncul. Dia datang dengan berlari dan dalam keadaan penat, berdebu dan berkeringat lalu berkata. “Aku mohon maaf karena telah membuat Anda khawatir, Maafkan aku karena baru tiba pada menit terakhir. Terlalu banyak yang harus aku kerjakan. Padang pasir sangatlah panas dan perjakanan ini teramat panjang. Sekarang aku telah siap, laksanakanlah hukumanku.”
Kemudian dia berpaling kepada kerumunan massa dan berkata, “Orang yang beriman selalu menepati ucapannya. Orang yang tidak dapat menepati kata-katanya sendiri adalah orang munafik. Siapakah yang dapat melarikan diri dari kematian, yang pasti akan datang cepat atau lambat? Apakah saudara-saudara berpikir bahwa aku akan menghilang dan membuat orang-orang berkata, Orang-orang Islam tidak lagi menepati ucapannya sendiri?”

Kerumunan massa itu kemudian berpaking kepada Abu Dzar r.a dan bertanya apakah ia sudah mengetahui sifat yang terpuji dari pemuda tersebut. Abu Dzar menjawa, “Tidak, sama sekali. Tetapi, saya tidak merasa mampu untuk menolaknya ketika dia memilih saya, karena hal itu sesuai dengan asas-asas kemuliaan. Haruskah saya menjadi orang yang membuat rakyat berkata bahwa tak ada lagi perasaan haru dan kasih sayang yang tersisa dalam Islam?”
Hati dan perasaan kedua penuduh itu tersentuh dan bergetar. Mereka lalu menarik tuduhannya, seraya berkata, “Apakah kami harus menjadi orang yang membuat rakyat berkata bahwa tiada lagi rasa belas kasihan di dalam Islam”

Akhirnya hukuma qishos tidak jadi dilaksanakan karena pihak penggugat sudah memberikan maafnya. Begitulah sikap orang orang generasi awal umat ini. Mereka sangat takut kepada Allah dan lebih memilih kesusahan didunia ini dari pada nanti susah diakhirat. Kekuatan ucapan dari seorang Abu Dzar Al Ghifari r.a muncul dari kesempurnaan iman dan taqwanya yang mendalam. Ia mengingatkan kembali kita bahwa Islam selalu mengedepankan kasih sayang seperti yang diajarkan oleh kekasihnya Rasulullah SAW..semoga kita bisa mengambil ibroh dari kisah ini.
LINK: http://www.facebook.com/IslamicMotivationIndonesia/posts/490739074312551

13 April 2013

Tadabbur Surah al-Dhuha



ALLAH SWT TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKAN DAKWAH INI 
Inilah yang ditegaskan oleh Allah SWT di dalam surah al-Dhuha. Surah ini diawali dengan sumpah Allah SWT dengan menyebut waktu dhuha dan malam apabila telah larut. Menurut Ustaz Sayyid Qutb ada munasabah antara pertolongan, perlindungan dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan waktu dhuha dan waktu malam. Waktu dhuha, dimana matahari memancarkan cahayanya, cahayanya tidak begitu kuat dan juga tidak begitu lemah, begitu juga dengan hawa panas yang diberikannya. Sementara waktu malam, yang telah larut membuat suasana semakin menjadi tenang. Kata Sayyid Qutb suasana seperti ini menggambarkan betapa Allah SWT sangat sayang kepada Nabi-Nya, senantiasa memberikan cahayanya dan juga menjaga semangatnya, yang digambarkan melalui waktu dhuha. Juga senantiasa memberikan ketenangan yang digambarkan dengan datangnya waktu malam yang semakin larut.

Sungguh Allah SWT tidak akan pernah meninggalkanmu, tidak akan pernah membencimu. Ini di dunia. Manakala di akhirat kelak sungguh Allah SWT telah sediakan untukmu tempat yang paling baik, iaitu syurga-Nya. Begitu dahsyatnya nikmat yang didapat oleh baginda di akhirat kelak, Allah SWT mengatakan“وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى”, “kelak Tuhanmu akan memberikan kepadamu nikmat yang membuat kamu ridho”. menurut al-Sa`dy kata ridho menunjukkan “nikmat yang sangat dahsyat tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata”.

Sebagai buktinya nyata pertolongan, perlindungan dan kasih sayang Allah SWT kepada baginda sebelumnya, Allah dijelaskan pada 3 ayat berikutnya:
1.      أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىbukankah Dia mendapati engkau dalam keadaan yatim, kemudian Dia memberikan perlindungan (untukmu)
2.      وَوَجَدَكَ ضَالا فَهَدَىbukanlah Dia mendapati engkau dalam keadaan (tidak tahu) kemudian Dia memberikan hidayah kepadamu
3.      وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىbukankah Dia mendapatimu dalam keadaan miskin, kemudian Dia mengayakanmu

Oleh karena itu agar pertolongan, perlindungan dan kasih sayang Allah SWT ini bisa senantiasa didapatkan, maka ada 3 yang hal yang diingatkan oleh Allah SWT untuk tetap diperhatikan:

1.     فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْMaka terhadap anak yatim, jangan dihardik.
2.    وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ , Maka terhadap yang meminta atau bertanya, jangan disenggak
3.    وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ Maka terhadap nikmat tuhanmu, ceritakanlah

Jika dikaitkan surah ini dengan dakwah, sungguh Allah SWT juga tidak akan pernah meninggalkan dakwah ini, Allah SWT akan senantiasa menjaganya, melindunginya. Memberikan nikmat kepada para rijalnya. Bukankah telah dibuktikan oleh Allah SWT, bahwa jumlah rijal yang tergabung dalam dakwah ini awalnya juga sedikit, dulu juga kefahaman para rijalnya tidak sekaffah yang sekarang, kefahaman yang terus bertambah sesuai dengan bertambahnya pengalaman. Dulu juga dakwah ini tidak memiliki apa-apa, dan sekarang sudah memiliki apa adanya. Oleh karena itu agar pertolongan, perlindungan dan kasih sayang Allah SWT terus diberikan, maka para rijal dakwah ini perlu melakukan 3 hal:
1.     Memperhatikan orang-orang lemah, orang-orang miskin, orang-orang yang terzholimi, orang-orang yang tidak mendapatkan pembela. Itu sebabnya di dalam ayat tersebut disebutkan “anak yatim” karena menurut Ali al-Shobuni karena mereka adalah kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan pembelaan.
2.    Bersikap kasih dan sayang kepada para (sa`il=peminta), peminta mungkin disebabkan kepapaan. Sa`il boleh juga bisa bermakna orang yang bertanya, iaitu orang yang mau ditarbiyah. Tetap berusaha menjadi murabbi teladan bagi mutarabbinya.
3.    Senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT, baik secara lisan ataupun jawarih (amal). Dan sebaik-baik tanda syukur kepada Allah adalah dengan cara meningkatkan amal soleh, dan itulah yang menjadi pesan Allah SWT kepada keluarga Nabi Daud واعملوا آل داود شكرا

Malaysia, 11 April 2013

-- 
Usman Jakfar

الدّعَاءُ إِلَى الدَّعْوَة وَالْقيْادَة


Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji atas ni’mat Islam yang Engkau anugrahkan, ni’mat iman, ni’mat Al-Quran, ni’mat Rasul Muhammad SAW, ni’mat da’wah, ni’mat ukhuwwah, ni’mat berjamaah,.. Segala puji hanya bagi-Mu atas segala ni’mat yang telau Engkau anugerahkan kepada kami.

بسم الله الرحمن الرحيم اللهمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالْإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بالْإِيْمَانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالرَّسُوْلِ مُحَمّدٍ صلى الله عليه وسلم وَلَكَ الْحَمْدُ بِالدَّعْوَةِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْأُخُوَّةِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْجَمَاعَةِ ... لَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيْنَا ..
Maha suci Engkau, kami tak kan dapat menghimpun pujian yang layak bagi-Mu, Engkau adalah seperti pujianMu atas diri-Mu sendiri. Maka hanya bagi-Mu segala pujian hingga Engkau ridha kepada kami, dan segala puji bagi-Mu sesudah Engkau meridhai.
سُبْحَانَكَ لَا نُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ حَتَّى تَرْضَى وَلَكَ الحَمْدُ إِذَا رَضِيْتَ
Ya Allah, sampaikan shalawat, salam, dan keberkahan kepada pemimpin kami Nabi Muhammad SAW, pemimpin para nabi, teladan kami dalam bersyukur atas ni’mat-Mu, dalam bersabar menghadapi ujian, teladan kami dalam tsabat menghadapi gangguan, dalam upaya selalu mendekat dan kembali mengadu kepada-Mu.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الأَنْبِيَاءِ، قُدْوَتِنَا فيِ الشُّكْرِ عَلَى النّعْمَاءِ والصَّبْرِ عَلَى الْبَلَاءِ، فيِ الثَّبَاتِ عِنْدَ الأَذَى وَفِي التَّقَرُّبِ إِلَيْكَ والاِلْتِجَاء
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa orang-orang yang beriman pada hari perhitungan.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَاب.
Ya Allah, terimalah taubat kami, hapuskan dosa kami, terimalah doa kami, kokohkan argumentasi kami, tunjuki selalu hati kami, tepatkan ucapan lisan kami dan hilangkan semua penyakit dari dalam dada kami.
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا، وَأَجِبْ دَعْوَتَنَا، وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا، وَاهْدِ قُلُوْبَنَا، وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا، وَاسْلُلْ سَخَائِمَ صُدُوْرِنَا.
Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, kembali dan selalu tunduk khusyu’ kepada-Mu.

اللهمَّ اجْعَلْنَا لَكَ ذَاكِرِيْنَ.. لَكَ شَاكِرِيْنَ.. لَكَ أَوَّابِيْنَ.. لَكَ مُخْبِتِيْن
Ya Allah jadikan kami termasuk orang-orang yang memenuhi janji tatkala berjanji, termasuk orang-orang yang sabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam pertempuran. Jadikan kami termasuk mereka yang benar imannya dan mereka yang bertakwa.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُوْفِيْنَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوْا، الصَّابِرِيْنَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ، اِجْعَلْنَا مِنَ اَّلذِيْنَ صَدَقُوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُتَّقُوْنَ.
Ya Allah, tutuplah aurat dan keburukan kami, gantikan kekhawatiran kami dengan keamanan, jagalah kami dari depan kami, dari belakang kami, dari kanan dan kiri kami, dari atas kami. Dan kami berlindung kepada-Mu dari ancaman serangan di bawah kami.
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا، وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا، وَاحْفَظْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا، وَمِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ أَيْمَانِنَا، وَعَنْ شَمَائِلِنَا، وَمِنْ فَوْقِنَا، وَنَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا.
Ya Allah kami mengadu kepada-Mu tentang lemahnya kekuatan kami, sedikitnya daya upaya kami, dan pandangan hina orang lain kepada kami, wahai Dzat yang Paling Menyayangi.. Engkaulah Rabb orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Rabb kami, jangan biarkan kami mengurus diri kami sendiri tanpa bantuanMu. Ya Allah jangan biarkan kami mengurus diri kami sendiri tanpa bantuan-Mu sekejap matapun, dan jangan serahkan kami kepada siapapun diantara makhluk-Mu.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَشْكُوْ إِلَيْكَ ضَعْفَ قُوَّتِنَا، وَقِلَّةَ حِيْلَتِنَا، وَهَوَانِنَا عَلَى النَّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، أَنْتَ رَبُّ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ وَأَنْتَ رَبُّنَا فَلاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا. اللَّهُمَّ لاَ تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَلاَ إِلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ يَا نِعْمَ الْمُجِيْبُ
Ya Allah, muliakanlah kami dan jauhkan kami dari kehinaan, anugrahkan untuk kami segala kebaikan dan hilangkan penghalang antara kami dengannya, tambahkan (kualitas dan kuantitas) kami dan jangan Engkau kurangi, utamakan kami untuk meraih rahmat-Mu, ridhai kami dan jadikan kami diridhai oleh hamba-Mu. 
اللَّهُمَّ أَكْرِمْنَا وَلاَ تُهِنَّا، وَأَعْطِنَا وَلاَ تَحْرِمْنَا، وَزِدْنَا وَلاَ تَنْقُصْنَا، وَآثِرْنَا وَلاَ تُؤْثِرْ عَلَيْنَا، وَارْضَ عَنَّا وَأَرْضِنَا.
Ya Allah, limpahkan kesabaran kepada guru kami, saudara kami, Luthfi Hasan Ishaaq, keluarga dan kerabatnya, kokohkan pendirian mereka dalam kebenaran, dan tolonglah mereka atas siapapun yang berbuat zalim kepada mereka. Ya Allah balaslah ia dengan pahala jihadnya yang telah ia lakukan bertahun-tahun, ya Allah beliau telah berbuat baik kepada kami, tambahkan kebaikannya wahai Dzat yang di sisi-Nya sebaik-baik balasan. Ya Allah inilah kami, telah berbaik sangka kepada saudara-saudara kami sebagaimana perintah-Mu kepada kami..
اللَّهُمَّ أَفْرِغْ عَلَى أَخِيْنَا لُطْفِيْ حَسَن إِسحَاق وَعَائِلَتِهِ وَأَقْرِبَائِهِ صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْهِمْ
اللَّهُمَّ اجْزِهِ ثَوَابَ جِهَادِهِ السَّنَوَاتِ ، وَقَدْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا فَزِدْ فيِ حَسَنَاتِهِ يَا مَنْ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ . اللَّهُمَّ هَا نَحْنُ قَدْ أَحْسَنَّا الظَّنَّ ِبِـــإِخْوَانِنَا كَمَا أَمَرْتَنَا
Ya Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian ada dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Ya Allah jadikanlah hari ini bagi kami lebih baik dari kemarin, hari esok kami lebih baik dari hari ini, jadikanlah kesudahan akhir setiap urusan kami sebagai kebaikan bagi kami, lindungi kami dari kehinaan di dunia dan adzab di akhirat.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْراً مِنْ أَمْسِنَا، وَاجْعَلْ غَدَنَا خَيْراً مِنْ يَوْمِنَا، وَأَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ.
Ya Allah, tolonglah kami atas musuh-musuh Islam, tolonglah kami dalam menghadapi semua yang membantu musuh-musuh-Mu dan memusuhi wali-wali-Mu, serta siapapun yang menolak syariat-Mu dan menekan da’wah-Mu. Ya Allah, turunkan kepada mereka hukuman-Mu yang tak kan terhindarkan dari orang-orang yang berbuat jahat. Ya Allah, wahai Pemilik tipu daya yang kokoh, lenyapkan tipu daya dan makar mereka. Ya Allah, jangan biarkan satu jalan pun bagi mereka untuk menghinakan seorang pun diantara hamba-hamba-Mu yang beriman.
اللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى أَعْدَاءِ الإِسْلاَمِ. وَانْصُرْنَا عَلَى كُلِّ مَنْ وَالَى أَعْدَاءَكَ وَعَادَى أَوْلِيَاءَكَ، وَكُلِّ مَنْ رَفَضَ شَرِيْعَتَكَ وَاضْطَهَدَ دَعْوَتَكَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ يُرَدُّ عَنِ القَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَحْبِطْ يَا ذَا الْكَيْدِ الْمَتِيْنِ كَيْدَهُمْ، وَأَبْطِلْ يَا خَيْرَ الْمَاكِرِيْنَ مَكْرَهُمْ.  اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَهُمْ سَبِيْلاً عَلَى أَحَدٍ مِنْ عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah da’wah kami, sebarkan fikrah islamiyah kami, berkahi ukhuwwah kami, jinakkan dan satukan hati kami, bimbinglah para pemimpin kami, dukunglah mereka dengan kebenaran di mana pun mereka berada, dan jadikan kami satu shaf bagaikan bangunan yang tersusun kokoh.
اللَّهُمَّ انْصُرْ دَعْوَتَنَا وَانْشُرْ فِكْرَتَنَا وَبَارِكْ أُخُوَّتَنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَ وَفِّقْ قَادَتَنَا وأَيِّدْهُمْ بِالْحَقِّ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَاجْعَلْنَا صَفًّا كَأَنَّــــنَا بُنْيَانٌ مَرْصُوْصٌ .
Ya Allah Ya Rahman, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
اللَّهُمَّ  يَا رَحْمَنُ اِجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاماً.
Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amal kami adalah saat kami menutupnya, jadikan sebaik-baik usia kami adalah saat kami mengakhirinya, dan hari terbaik kami adalah saat kami bertemu dengan-Mu.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ أَعْمَالِنَا خَوَاتِيْمَهَا، وَخَيْرَ أَعْمَارِنَا أَوَاخِرَهَا، وَخَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ.
دُعَاءُ الرَّابِطَةِ ...

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلِّ اللّهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Al Fatihah