Syiar
berarti menyeru atau menyampaikan, sedangkan syiar Islam berarti menyeru atau
menyampaikan nilai-nilai Islam kepada orang-orang. Sudah begitu banyak dari
kita, terutama dari kalangan pemuda dengan karakter semangat berapi-api yang
sangat khas, menyeru dan mengajak manusia lain untuk mengenal kebaikan dan
kebenaran. Namun sangat disayangkan beberapa dari kita, yang menyerukan Islam,
juga belum memahami bagaimana menyentuh objek-objek dakwah yang ingin kita
rangkul. Objek-objek dakwah tersebut adalah orang yang sama seperti kita,
sama-sama memiliki hati dan bukan objek mati yang tidak memiliki respon
terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.
Hati yang
beriman merupakan sumber penggerak. Bahkan setiap manusia di sudut dunia
senantiasa dibimbing oleh hati, apabila mereka masih mau layak disebut sebagai
manusia. Oleh sebab itu, sebelum kita melangkah jauh dengan bermaksud
mengarahkan dan menunjukkan jalan kebenaran kepada orang lain, sudah selayaknya
kita harus mampu menyentuh sumber motivasi penggerak dirinya yaitu hati. Itulah
mengapa seringkali kita sering melihat (atau menyaksikan sendiri) begitu banyak
seseorang yang telah “tertawan” hatinya oleh lawan jenisnya sehingga mereka
rela melakukan dan memberikan apapun yang mereka miliki kepada orang yang telah
mampu “menawan” hatinya, betapapun itu sangat pahit dan berat bagi dirinya.
Meskipun hal ini berada dalam bingkai yang salah dalam tatanan Islam, sudah
selayaknya kita mengkaji mengapa hal itu bisa terjadi dan nampaknya memang sisi
hati inilah yang harus mampu disentuh terlebih dahulu sebelum kita sebagai
penebar nilai Islam berbicara lebih jauh dan lebih banyak. Analoginya, apabila
hati yang telah “tertawan” oleh sesuatu nilai yang melenceng (dalam kasus di
atas adalah cinta yang didasari nafsu belaka) saja bisa menggerakkan manusia
melakukan apapun maka hati yang telah tersentuh oleh keindahan Islam (yang
telah kita yakini bersama sebagai rahmatan lil ‘alamin) pastilah akan mampu
menggerakkan manusia untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih dahsyat. Di
sinilah tugas kita sebagai da’i untuk mengeksplorasi, mengeksploitasi, dan
mengemas nilai-nilai Islam sedemikian rupa sehingga orang-orang bisa melihat,
mendengar, dan merasakan sendiri keindahan nilai-nilai ini. Dengan begitu
mereka bisa menerima Islam dengan penuh kenyamanan dan tanpa merasa mendapat
intervensi serta paksaan dari orang yang mengabarkan Islam.
Kita telah
memahami bagaimana hati memiliki peranan penting dalam syiar Islam sebagai
aspek yang harus disentuh terlebih dahulu. Sekarang kita akan membahas hal-hal
apa saja yang mampu menyentuh hati dan bagaimana kita menampilkannya dengan
cara yang baik dan tepat sesuai tuntunan Al Qur’an dan Hadits. Berikut beberapa
hal yang mampu menyentuh hati menurut buku “Bagaimana
Menyentuh Hati” karangan Abbas As Siisiy :
1. Menghafal
Nama
Mungkin
sebagian besar dari kita, termasuk saya sendiri, merasa kesulitan untuk
mengingat nama orang-orang yang baru kita kenal. Saya sendiri lebih mudah
mengingat wajah seseorang dibandingkan namanya. Namun percayalah bahwa
mengingat nama adalah hal yang penting karena dari sinilah terjadi interaksi
dan lahirnya sifat saling percaya sesama individu. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa kata yang paling sering diucapkan dalam percakapan manusia,
baik secara langsung maupun lewat telepon, adalah kata “aku”. Ini membuktikan
bahwa setiap manusia ingin dipandang dan dihargai lebih oleh orang lain. Bagi
setiap orang, lantunan rangkaian kata yang paling indah di dunia ini adalah
namanya sendiri. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengingat nama objek dakwah
yang ingin kita dekati sebelum kita menyampaikan Islam. Salah satu caranya
adalah dengan mencoba mengingat namanya dengan memperhatikan ciri-ciri wajahnya
(jenis rambutnya, warna kulitnya, memakai kacamata atau tidak, berjenggot, dan
sebagainya) atau mencatat nama orang yang baru kita kenal. Hal ini bisa
dikembangkan lebih jauh sesuai dengan cara yang paling mudah bagi seorang da’i
untuk mengingat nama objek dakwahnya.
2. Tersenyum
Dalam sebuah
hadits, Rasulullah bersabda “Senyummu di
muka saudaramu adalah sedekah”. Di sini dijelaskan secara gamblang
bahwa senyum yang dihitung sedekah adalah senyum yang diberikan di depan
saudara kita. Jadi, senyum yang tidak terlihat di depan saudara kita tidak akan
memiliki arti dan tidak meninggalkan kesan di hati mereka. Di sini, senyuman
yang dimaksud adalah senyum yang tulus ikhlas dan tidak dibuat-buat. Senyuman
di depan saudara kita haruslah berupa senyuman yang berasal dari hati nurani
dan penuh dengan ketulusan karena senyuman adalah gambaran isi hati yang
menggerakkan perasaan dan terpancar pada wajah. Senyuman yang tulus ikhlas
adalah fitrah, yang akan membuat hati manusia terpikat dan bersimpati.
3.
Penampilan Seorang Da’i
Cara
bertutur kata dan penampilan seorang da’i akan menarik perhatian orang-orang
yang mendengar dan melihatnya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan
tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Sebuah ungkapan mengatakan “Keberhasilan sebuah misi akan bergantung
pada si pembawa misi tersebut”. Contoh yang paling jelas dalam hal
ini adalah penunjukan Mushab bin Umair oleh Rasulullah sebagai pemimpin
delegasi di Madinah untuk menyampaikan syiar Islam. Kita telah ketahui bahwa
Mushab bin Umair merupakan seorang pemuda yang memiliki kedalaman ilmu yang
baik dan memiliki penampilan yang sangat menawan. Penampilan dan akhlak yang
baik akan membuat orang yang baru saja memandang menjadi tertarik dan simpati.
Sehingga tak heran kita menjumpai ada sebagian orang yang menggantungkan
kepercayaan melalui pandangan matanya.
4. Pandangan
yang Penuh Kasih Sayang
Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa memandang saudaranya
dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya”.
Yang dimaksud pandangan dalam hadits ini adalah pandangan yang ditujukan kepada
hati dan mengajaknya berbicara dengan lemah lembut. Sebuah pandangan yang penuh
cinta dan kasih sayang kepada saudaranya akan dapat berpengaruh dalam mengantarkan
kepada kebenaran yang akhirnya dapat mempererat barisan dan memperkuat
bangunan. Apa yang tersimpan dalam hati akan tersingkap dalam tatapan mata.
Oleh karena itu, berikanlah pandangan yang penuh ketulusan kepada setiap orang
yang kita temui, termasuk kepada penerima dakwah kita, karena hal itu akan
tersampaikan kepada mereka meskipun kita terkadang tidak menyadarinya.
5.
Menyebarkan Salam dan Memberi Salam Lebih Dahulu
Menyebarkan
salam akan mampu memberikan rasa aman dan simpati kepada orang-orang yang
mendengarkannya. Memberikan salam bisa diberikan baik kepada orang yang sudah
kita kenal maupun yang belum kita kenal. Bahkan bagi kita yang memberi salam
lebih dahulu akan memberikan daya tarik tersendiri dan akan mampu memikat orang
di sekitar kita, selain itu hal tersebut akan mendapatkan pahala yang besar di
sisi Allah.
6.
Memberikan Tempat Duduk dalam Suatu Majelis
Dalam sebuah
kesempatan, kita diundang dalam suatu undangan dan kita tidak mendapatkan
tempat duduk di dalam ruangan acara tersebut karena ruangan telah penuh oleh
tamu undangan. Pastinya hal tersebut akan membuat kita merasa bingung, salah
tingkah, bahkan kesal. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang menawarkan
tempat duduk pada kita. Pastinya orang tersebut akan berkesan di hati kita
sampai kapanpun. Begitu pula sikap kita apabila kita melihat ada orang yang
nampak kebingungan karena tidak mendapatkan tempat duduk dalam suatu majelis.
Berikanlah tempat duduk padanya, niscaya kita akan senantiasa berkesan di
hatinya. Dalam Q.S. Al Mujadilah : 11 dijelaskan, “Wahai
orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepada kalian, ‘Berlapang-lapanglah
dalam suatu majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untuk kalian…”
7. Berjabat
Tangan
Dalam sebuah
hadits, Rasulullah bersabda “Tidaklah
seorang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan
sebelum mereka berpisah”. Yang dimaksud di sini adalah jabat tangan
yang disertai rasa kasih sayang dan ketulusan kepada saudaranya. Selain itu,
kita harus menjabat tangan saudara kita sambil menghadapkan tubuh kita ke arah
saudara kita, tidak dalam keadaan tubuh menyamping atau setengah-setengah
ketika menjabat tangannya. Sudah selayaknya jabatan tangan kita harus dibarengi
dengan tatapan dan perasaan yang hangat serta senyuman yang datang dari hati
sehingga orang-orang yang merasakan jabat tangan kita akan merasa nyaman dan
bisa menerima keberadaan kita. Yang perlu diingat, hal ini harus dilakukan
antar pria dengan pria atau wanita dengan wanita karena Rasulullah mengajarkan
seperti itu.
Epha Emoto_2010
'Bagaimana Menyentuh Hati'