“ih anak-anak masjid sok eksklusif,
sok rajin, menyebalkan”
Hehehe… itu lah kata-kata yang
sempat terlontar saat saya duduk di kelas 1 stemba semester 1, sungguh teramat
sangat menyebalkan saat melihat teman-teman yang eksklusif memilih-milih teman,
apalagi waktu itu saya belum pakai jilbab.
Setiap hari jum’at sebelum pramuka,
teman-teman sok eksklusif itu mendatangi rumah salah seorang guru kimia yang
rumahnya sangat jauh dari kemewahan, yang jendelanya selalu tertutup, yang
suasananya juga begitu sepi.
“eh… itu anak masjid pada ngapain
sih di rumahnya bu.patma (nama samara hehehe) ?” tanyaku kepada salah
satu teman yang rumahnya berdekatan dengan bu.patma
“nggak tau, kayaknya pada ngaji
gitu, ada kakak kelas juga” jawabnya.
“ih… ngaji apaan? Masak ketutup gitu
pintunya, lagian sepi juga, hanya ada satu dua sepatu diluar”
“kayaknya muhammadiyah deh”
“oh……………..”
Waktu itu saya hanya nyengir,
mendengar penjelasan dari teman, tapi lama-kelamaan kepo juga sih J saya Tanya-tanya dengan
kakak kelas, tapi sayang saya bertanya kepada orang yang salah sepertinya J karena katanya “ nggak
usah ikut-ikutan ngaji di tempatnya bu.ss, ih…. Anak-anak yang ngaji disana tuh
jadi ANEH”
Waktu itu saya hanya manggut-manggut
mantap mengiyakan.
Dalam hati saya berkata “ih…. Aku
nggak mau ya, di masa SMA yang menyenangkan aku jadi anak aneh dan nggak gaul”
Akhirnya diawal masa sekolah, saya
mengikuti ekstrakurikuler basket, dari sekian banyak organisasi dan
ekstrakurikuler yang di tawarkan, saya hanya tertarik dengan basket, dari dulu
saya sangat suka dengan olahraga, mungkin karena tubuh kecil saya yang lincah
dan memang sangat usil, saya merasa sangat senang ketika harus berlarian
kesana-kemari, bahkan saat hari liburpun, saya sering datang kesekolahan hanya
untuk bermain basket, pernah dibulan puasa saya latihan basket dari pagi sampai
maghrib baru sampai rumah. Kalau sekarang yahhh udah males banget mau lari kesana-kemari Cuma
buatngejar-ngejar bola
hehehe
Dulu saya dan teman-teman basket sering
turnamen kecil-kecilan, pernah turnamen antar SMA sekabupaten di SMA 2, itu
turnamen terbesar yang saya ikuti, walaupun hanya meraih juara harapan 1, tapi
lumayanlah… bisa beberapakali jalan-jalan sehabis turnamen, melarikan diri dari
pelajaran Analitical chemistry atau pelajaran kimia sejenis yang begitu teramat
sangat membosankan bagi saya.
Sampai pada suatu hari saya difitnah
telah mengedarkan isu yang tidak benar tentang basket, biasalah… masalah
persahabatan gitu, sampai-sampai saya tidak punya teman sama sekali di
organisasi, maupun di kelas. Padahal saya masih semester 1, masih proses
pencarian teman.
Sebulan saya selalu merengek kepada
ibuk agar saya pindah sekolah, saya tidak kuat, teman-teman setiap hari menatap
saya dengan sinis, yang dulu teman akrab dalam hitungan detik berubah menjadi
musuh, para sahabat yang dulu menyambut dengan hangat tiba-tiba kata-katanya
menyengat, saya menangis setiap hari, mata saya sembam tiap pagi tapi tidak ada
yang peduli.
Ibu hanya ikut bersedih melihat
saya, tapi keluar dari sekolahan dan mencari tempat yang baru itu sangat tidak
mungkin.
Saya bukan berasal dari keluarga
yang kaya, dan saya juga bukan anak dalam kategori cerdas, bisa diterima di SMK
1 Temanggung dan masuk di jurusan analis kimia adalah prestasi terbesar saya
waktu itu, terlalu sayang jika kesempatan bersekolah disini sampai wisuda tidak
mampu terselesaikan hanya gara-gara masalah yang akan pudar seiring berjalanya
waktu.
Ibuk bukan tipe ibu yang banyak
nasihat, beliau selalu mendengarkan saya dengan sepenuh hati, raut wajah yang
ikut bersedih seperti menahan tangis, namun kata-katanya yang minimalis selalu
mampu menguatkanku “bersabarlah nduk, ma’e tidak tau cara menyelesaikan
masalahmu, tapi ma’e yakin kamu yang lebih tau cara menyelesaikanya, pindah ke
sekolah lain bukan jalan terbaik untuk saat ini.”
Hiks-hiks, tidak berani aku
menampakkan kesedihan saya kepada bapak, beliau pasti akan membela saya
mati-matian, bahkan bisa jadi beliau akan datang ke sekolah kalau tau anak
gadisnya ini di fitnah oleh temanya, dan sekarang tidak punya teman
disekolahan.
Beliau lumayan over protektif, tapi
baik juga sih,… awal masuk SMK yang di dominasi oleh siswa laki-laki, beliau
selalu bertanya selepas pulang sekolah “teman-teman laki-laki tidak ada yang
nakal dan kurang ajar to? Kalau ada, langsung cerita ke bapak, nanti bapak yang
selesaikan” J
Orang tua memang selalu menginginkan
kondisi terbaik untuk anak-anaknya.
Aku selalu malas kesekolah, nilai
saya mulai kacau balau, tugas-tugas tidak terselesaikan.
“Teman-temanku
memang Kejam” pikirku waktu itu.
orang-orang yang dulu sempat teramat baik,
seketika berubah menjadi orang-orang antic yang hatinya tidak berkutik oleh
tetesan airmata seorang anak yang hanya sebagai korban fitnah.
“memeng
benar, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”
“Bunuh saja aku, daripada kalian
memfitnah aku” hiks :’( begitu kata-kata saya kepada teman-teman, tapi mereka
tidak menghiraukanku, mereka tetap menjauhiku.
Berulang kali saya mengajak
teman-teman berdiskusi, tapi mereka selalu memojokkanku.
apa salahku?
Kalau kamu bukan pelakunya, ya sudah
bersikap biasa saja, kalau kamu bersikap seperti ini mana aku percaya
kata-katamu?
Bagaimana aku bisa bersikap biasa
saja kalau kalian menjauhiku? Aku menangis wajarkan? Aku bersedih, wajar kan?
Aku merasa menjadi orang paling bersalah, sekalipun aku tidak melakukan
kesalahan yang dituduhkan.
Ah, simpan saja wajah palsumu itu
Oke. Aku minta maaf jika aku
bersalah
Huh. Peres
Mereka berlalu meninggalkanku.
Waktu memang selalu berbaik hati
mengobati luka, saya semakin terbiasa dengan perlakuan mereka, saya terbiasa
duduk sendiri, mengerjakan tugas sendiri, ngobrol dengan diriku sendiri, dan
sejak peristiwa itu saya mengundurkan diri dari basket.
Di saat saya sibuk dengan
kesendirian, tiba-tiba saya didekati oleh seorang teman yang dulu begitu tidak
aku perdulikan, sebut saja dia lisa.
Teman satu kelas yang selalu
ambisius, dan paling aku benci.
Dia yang aku benci, datang menyapaku
bersama sahabat-sahabat lainya yang rajin ke masjid.
Ini titik balik awal yang mengubah
seluruh kehidupan saya.
Perkenalan kedua setelah MOS, hey…
waktu MOS saya duduk sebelahan dengan lisa, dan kini kita berkenalan lagi untuk
kedua kalinya, dengan perasaan yang berbeda.
Saya mulai akrab denganya, dengan
teman-teman masjid yang sok eksklusif, saya walaupun tidak berjilbab seperti
mereka, tapi mereka menerima saya dengan tangan terbuka, senyum yang maksimal,
tatapan mata yang tulus, ah…… tidak sanggup saya tuliskan lagi.
Masa-masa itu begitu sangat mengharu
biru untuk dikenang.
Itulah awal mula saya bergbung
dengan da’wah, dengan seragam SMAku yang masih pendek, aku selalu mengikuti
kajian setiap hari jum’at, ternyata kajian di rumah bu.ss atau kami sering
menyebutnya umi, beliau sudah seperti ibu kedua bagi kami, sungguh mengesankan.
Kesan pertama memang penentu
kesan-kesan selanjutnya.
Hari pertama ikut kajian, ternyata
sedang ada agenda masak bareng, dengan menu membuat donat dari labu. J
“Oh…. Ternyata ini bukan tempat
klasik, yang sok eksklusif, membosankan, dan nggak gaul… oh…. Ternyata ini
tempat main yang paling asik, gaul dan penuh wawasan luas, dimana ide-ide kita
ditampung di rumah hijau yang istimewa ini, terima kasih ya Alloh telah
mengirimkanku ke tempat yang begitu teduh dan sejuk.” (mendadak suka dengan
warna hijauu )
semester dua saya ikut organisasi
pramuka, PMR, Benkyokai bahasa jepang, dan itu membuatku semakin dekat dengan
Lisa, dan Nia(yang kelak menjadi ketua kajian yang bernama SMART SALSABILA) .
Saya mulai rajin mengerjakan tugas,
belajar, lemburan, dan ibu selalu menemani saya setiap malam.
Ibu senang dengan kondisi saya yang
membaik, selalu bersemangat ketika berangkat kesekolah, bersemangat untuk
belajar, mengerjakan tugas tanpa mengenal lelah, dan saya mulai bisa tersenyum
dan bercanda kemabali denganya.
Beliau sampai ingin sekali bertemu
dengan ke dua sahabat baru, yang telah mewarnai dunia baru anak gadisnya,
membuat corak berwarna pada kain kehidupan anaknya yang bebesapa saat lalu
menghitam.
Mungkin do’a beliau setiap sujud
terakhir telah mengguncang arsy dan menuntun anaknya ini kepada cahaya diatas
cahaya
Awal kelas dua, saya mulai gusar
ketika harus berangkat ke kajian, ada rasa malu ketika melihat teman-teman yang
sebagian besar mengenakan jilbab, hanya satu dua yang belum mengenakan jilbab.
Setelah liburan semester satu,
setelah saya rihlah bersama teman-teman salsabila, tepat di hari selasa.
Bismillahirohmanirohim…
Saya mulai berjilbab.
Alhamdulillah wa syukurillah,
walaupun saya baru punya satu stel seragan putih abu-abu warisan kakak yang
sudah kekecilan dan lusuh, saya meniatkan diri untuk berhijrah J hari jum’at dan sabtu
bagaimana?
Saya tidak tau….
Saya hanya mempunyai satu stel
seragam yang saya kenakan 4 hari.
Bersambung…………………………………
Catatan : YA Alloh terimakasih…
engkau telah mencintaiku dengan cara yang luar biasa, engkau mengobati luka
yang sempat menganga, engkau dengan segala maha kuasaMu menggerakkan hati-hati
hambaMu untuk merengkuhku dan mengajakku merasakah ar rohman arrohim Mu yang
indah tak tidak pernah padam.
Terima kasih untuk teman-teman yang
sempat menggoreskan luka, kalian telah menambah perbendaharaan perasaan yang
aku miliki, melalui perlakuan kalian Alloh melihatku mungkin dengan cara yang
berbeda bahwa do’a orang yang
terdzolimi itu mustajab, eitz… tapi jangan coba-coba melakukan ini kepada orang
lain ya… karena sungguh di fitnah itu teramat sangat menyakitkan.
Sahabatku Smart salsabila, umi….
Jazakillah khoiron katsir….