9 Desember 2014

Aku dan Dakwah



Dakwah, kata yang sudah sering saya dengan saat itu. Namun dalam fikiranku dakwah itu hanya dilakukan oleh guru TPQ dan Pak Kyai saja.
Tahun 2007 silam saat seorang gadis lereng gunung sumbing  selesai mengenyam pendidikan SMP dan belum bisa melanjutkan SLTA, meski gadis tersebut masuk dalam 3 besar lulusan terbaik di SMP nya. Dia memutuskan untuk bekerja untuk mencari uang guna bisamelanjutkan ke SLTA.  Gadis kecil yang masih dibawah umur, yang belum mempunyai KTP nekat memaksa Biro Penyalur tenaga kerja untuk mencarikan kerja. Melalui proses memaksa sampai berhari-hari, akhirnya petugas biro penyalur tenaga kerja mau membantu gadis itu mencari kerja. Dan akhirnya gadis tersebut bekerja di Yogjakarta.
 Disana dia bekerja di grosiran sembako milik seorang cina. Toko nya tidak terlalu besar jika dilihat dari luar tetapi gudangnya sangat besar. Saat pertama diantar kesana, gadis itu sempat takut, bingung  tidak karuan. Bekerja di orang non muslim yang memelihara anjing sungguh merupakan beban berat karena barang- barang di sekitar  bnayak yang terkena air ludah anjing. Tapi mau bagaimana lagi mau pulang tidak tahu jalan, tidak mempunyai HP, tidak kenal siapa-siapa dan uang di dompet tinggal 10 ribu rupiah. Begitulah kegalauan yang dirasakan oleh gadis tersebut. Di sholat malam nya dia sering menangis memeinta pertolongan dan ampunan Alloh SWT.
Hari- hari dilaluinya dengan penuh kebimbangan dan khawatir. Sebagai seorang muslim, dia tetap menjalankan perintah Alloh yaitu beribadah kepada Alloh. Namun karena lingkungan yang seperti itu dia gelisah. Disana gadis tersebut menjadi pekerja yang paling disayang dikarenakan kerjanya giat, dan paling kecil. Sampai pada bulan ke 3 dia disana, dia sering diminta menemani anak dari pemilik toko untuk belanja, ke salon, mall,  kuliah bahkan diminta menemani acara kebaktian di gereja.  Setiap hari didengarkan lagu-lagu pujian yang sering dinyanyikan digereja.  Dan sering diajaka rapat bersama aktivis-aktivis gereja. Sang gadis lama-lama jadi mengikuti gaya majikannya, karena sang majikan selalu mengenalkan ke teman-temannya bahwa gadis itu adalah sepupu nya dari luar kota. Maka si gadis mengenal  rok mini, dan serign pulang sampai malam. Kadang dini hari baru pulang. Sehingga menimbulkan kecemburuan sosial  dari rekan sesama pekerja.
Di bulan ke 5, setiap sabtu sore gadis lugu itu diajak ke gereja untuk mengikuti kebaktian. Namun sang gadis tidak mau diajak masuk ke dalam gereja. Dia menunggu di parkiran. Singkat cerita sang gadis diajak pindah agama. Melihat gelagat itu maka gadis malang itu menelepon keluarga dirumah minta untuk dijemput. Dia meminjam Handphone tukang parkir Gedung Budaya Yogjakarta. 
Akhirnya di bulan ke 7 dia bisa pulang kerumah.  Saat dijemput oleh pakdhe. Seisi toko menangis karena berat untuk melepasnya. Bahkan sang anak majikan  tidak mau keluar kamar.
Pagi itu bulan Juli 2008, gadis tadi sudah resmi menjadi siswi sebuah SMK di Kota tembakau. Dia agak canggung, ragu memasuki kelas. Karena dia sudah berhenti 1 tahun. Dia khawatir tertinggal  pelajaran. Hari demi hari dia lalui dengan senang. Apalagi kalau ingat masa dia bekerja di Yogja dan hasil nya dia tabung untuk biaya masuk ke SMK tersebut. Dia ingin sekali ikut OSIS, namun karena seleksi di OSIS itu dipilih yang cantik-cantik maka sang gadis ini harus menerima kenyataan bahwa dia tidak diterima jadi pengurus OSIS. Hingga pada suatu hari ada selebaran/formulir pendaftaran menjadi pengurus MT(Majelis Taklim). Saat itu dia tidak tau apa itu MT, dia Cuma ingin menunjukkan kepada pengurus OSIS kalau dia itu mampu ikut organisasi, meski itu bukan di OSIS. 1 minggu setelah mengisi formulir, datnglah sebuah undangan rapat MT. Dengan sangat semangat gadis itu beserta 3 temannya  berangkat menghadiri undangan tersebut.  Dan sampai di masjid dia dapati teman-teman dan kakak-kakak senior sudah datang dan rapat akan segera dimulai. Si gadis masih belum mengerti arah dari organisasi tersebut. Hampir semua peserta memakai kerudung bagi yang perempuan. Hanya ada 3 anak perempuan  yang tidak memakai seragam muslim. Salah satu nya gadis desa tersebut. Saat itu dia tidak memperdulikan hal tersebut. hingga pada suatu hari diadakan kegiatan Reorganisasi ADS(Aktivis Dakwah Sekolah) yang bertujan untuk mengganti pengurus lama dengan pengurus baru. ADS merupakan nama Majelis taklim di SMK tersebut. Dengan semangat  yang menggebu-gebu. Si gadis datang mengikuti acara reorganisasi.acara dimulai dengan pembukaan dilanjutkan dengan materi yang diisi oleh Bapak/Ibu pembina MT serta para alumni.
Sampai pada malam hari semangat gadis tersebut tidak surut, materi malam itu kata kakak kelas akan diisi oleh Ketua ADS angkatan pertama. Sang gadis duduk di banku paling depan. Materi yang disampaikan oleh alumni tersebut adalah materi tentang dakwah dan sejarah berdirinya MT di SMK tersebut. setelah sholat isya dilanjutkan materi. Seluruh peserta reorganisasi  mendengarkan dengn seksama materi yang disampaikan oleh pemateri. Termasuk si gasis kecil itu, dia duduk di bangku depan, tepat di depan pembicara. Karena materi yang disampaikan itu mengenai sejarah maka pemateri bercerita bagaimana terbentuknya ADS, target sasaran serta strategi nya.
Pada sesion tersebut pemateri memberikan contoh  bahwa kita ini adalah pengurus Aktivis Dakwah Sekolah sudahkah kita berdakwah pada diri kita sendiri. Contohnya apakah pantas apabila kita gembar-gembor kan tentang hijab sementara kita belem berhjab. Bagai tersambar petir saat itu hati si gadis. Mulai detik itu juga sang gadis murung, bingung dan futur sekali.
Karena bingung dan malu dan masih merenungi masalah hijab itu, maka si gadis memutuskan untuk keluar dari barisan tersebut. si gadis tidak pernah menghadiri rapat lagi, tidak pernah sholat di mushola sekolah dan selalu menghindar apabila bertemu dengan teman-teman di ADS. Di jalan dakwah itu memang luar biasa, ukhuwah begitu terasa. Teman-teman dari gadis tersebut mencari dan mengajak si gadis untuk tetap dalam lingkaran dakwah itu. Namun si gadis sangat mau, apabila ingin mengganti seragam,  di gadis sudah habis tabungnnya untuk bayar sekolah. Mau minta orng tua tidak tega.  Kegelisahan setiap saat menghampiri hati gadis tersebut. alhamdulillah dirumah si gadis sudah bisa berhijab, akan tetapi di sekolah belum. Akhirnya ada solusi yaitu dengan menyambung seragam. Menyambung seragam pun dilakukan oleh sang gadis, meski warnanya jadi aneh itu tidak menjadi masalah.
Setelah berhijab sang gadis kembali lagi kedalam lingkaran orang-orang yang rindu akan dakwah. Di organisasi tersebut ada seorang pembina yang memberikan wawasan-wawasan baru mengenai islam, perintah-perintah jihad dan masih banyak lagi yang lain. Di organisasi tersebut gadis itu banyak mengenal orang-orang baru dan pengetahuan baru tentang islam. Tentang propaganda, perang pemikiran  sampai tentang musuh-musuh islam. Sang gadis menjadi teringat akan 2 tahun yang lalu saat dia masih di Yogja yang mana dia sering diajak ke gereja, diberi banyak kemewahan dan lain-lain. Begitu mirisnya sampai gadis tersebut menangis dan bersyukur sekali bahwa dulu tidak masuk terlalu dalam.
Begitulah dakwah. Dalam dakwah ada cinta, ada k=ukhuwah yang mensaudarakan orang yang dahulunya belum saling kenal.  Jalan dakwah itu tidak selamanya mulus. Banyak onak dan duru, rintangan yang menghalangi. Tatapi dalam dakwah kita dapat merasakan manisnya kebersamaan, indahnya berbagi.
Dalam berdakwah ilmu sangat dibutuhkan, maka menuntut ilmu harus diutamakan. Harus mengecharge iman yang ada agar bisa tetap istiqomah dan bisa menjadi lebih baik.
Sebenarnya masih panjang kisah si gadis kecil itu,, mungkin akan kita sambung lagi di waktu yang akan datang Insyaalloh......

_mala izzati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar