Dakwah, kata
yang sudah sering saya dengan saat itu. Namun dalam fikiranku dakwah itu hanya
dilakukan oleh guru TPQ dan Pak Kyai saja.
Tahun 2007
silam saat seorang gadis lereng gunung sumbing
selesai mengenyam pendidikan SMP dan belum bisa melanjutkan SLTA, meski
gadis tersebut masuk dalam 3 besar lulusan terbaik di SMP nya. Dia memutuskan
untuk bekerja untuk mencari uang guna bisamelanjutkan ke SLTA. Gadis kecil yang masih dibawah umur, yang
belum mempunyai KTP nekat memaksa Biro Penyalur tenaga kerja untuk mencarikan
kerja. Melalui proses memaksa sampai berhari-hari, akhirnya petugas biro
penyalur tenaga kerja mau membantu gadis itu mencari kerja. Dan akhirnya gadis
tersebut bekerja di Yogjakarta.
Disana dia bekerja di grosiran sembako milik
seorang cina. Toko nya tidak terlalu besar jika dilihat dari luar tetapi
gudangnya sangat besar. Saat pertama diantar kesana, gadis itu sempat takut,
bingung tidak karuan. Bekerja di orang
non muslim yang memelihara anjing sungguh merupakan beban berat karena barang-
barang di sekitar bnayak yang terkena
air ludah anjing. Tapi mau bagaimana lagi mau pulang tidak tahu jalan, tidak
mempunyai HP, tidak kenal siapa-siapa dan uang di dompet tinggal 10 ribu
rupiah. Begitulah kegalauan yang dirasakan oleh gadis tersebut. Di sholat malam
nya dia sering menangis memeinta pertolongan dan ampunan Alloh SWT.
Hari- hari
dilaluinya dengan penuh kebimbangan dan khawatir. Sebagai seorang muslim, dia
tetap menjalankan perintah Alloh yaitu beribadah kepada Alloh. Namun karena
lingkungan yang seperti itu dia gelisah. Disana gadis tersebut menjadi pekerja
yang paling disayang dikarenakan kerjanya giat, dan paling kecil. Sampai pada
bulan ke 3 dia disana, dia sering diminta menemani anak dari pemilik toko untuk
belanja, ke salon, mall, kuliah bahkan
diminta menemani acara kebaktian di gereja.
Setiap hari didengarkan lagu-lagu pujian yang sering dinyanyikan
digereja. Dan sering diajaka rapat bersama
aktivis-aktivis gereja. Sang gadis lama-lama jadi mengikuti gaya majikannya,
karena sang majikan selalu mengenalkan ke teman-temannya bahwa gadis itu adalah
sepupu nya dari luar kota. Maka si gadis mengenal rok mini, dan serign pulang sampai malam.
Kadang dini hari baru pulang. Sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dari rekan sesama pekerja.
Di bulan ke 5,
setiap sabtu sore gadis lugu itu diajak ke gereja untuk mengikuti kebaktian.
Namun sang gadis tidak mau diajak masuk ke dalam gereja. Dia menunggu di
parkiran. Singkat cerita sang gadis diajak pindah agama. Melihat gelagat itu
maka gadis malang itu menelepon keluarga dirumah minta untuk dijemput. Dia
meminjam Handphone tukang parkir Gedung Budaya Yogjakarta.
Akhirnya di
bulan ke 7 dia bisa pulang kerumah. Saat
dijemput oleh pakdhe. Seisi toko menangis karena berat untuk melepasnya. Bahkan
sang anak majikan tidak mau keluar
kamar.
Pagi itu bulan
Juli 2008, gadis tadi sudah resmi menjadi siswi sebuah SMK di Kota tembakau.
Dia agak canggung, ragu memasuki kelas. Karena dia sudah berhenti 1 tahun. Dia
khawatir tertinggal pelajaran. Hari demi
hari dia lalui dengan senang. Apalagi kalau ingat masa dia bekerja di Yogja dan
hasil nya dia tabung untuk biaya masuk ke SMK tersebut. Dia ingin sekali ikut
OSIS, namun karena seleksi di OSIS itu dipilih yang cantik-cantik maka sang
gadis ini harus menerima kenyataan bahwa dia tidak diterima jadi pengurus OSIS.
Hingga pada suatu hari ada selebaran/formulir pendaftaran menjadi pengurus MT(Majelis
Taklim). Saat itu dia tidak tau apa itu MT, dia Cuma ingin menunjukkan kepada
pengurus OSIS kalau dia itu mampu ikut organisasi, meski itu bukan di OSIS. 1
minggu setelah mengisi formulir, datnglah sebuah undangan rapat MT. Dengan
sangat semangat gadis itu beserta 3 temannya
berangkat menghadiri undangan tersebut.
Dan sampai di masjid dia dapati teman-teman dan kakak-kakak senior sudah
datang dan rapat akan segera dimulai. Si gadis masih belum mengerti arah dari
organisasi tersebut. Hampir semua peserta memakai kerudung bagi yang perempuan.
Hanya ada 3 anak perempuan yang tidak
memakai seragam muslim. Salah satu nya gadis desa tersebut. Saat itu dia tidak
memperdulikan hal tersebut. hingga pada suatu hari diadakan kegiatan
Reorganisasi ADS(Aktivis Dakwah Sekolah) yang bertujan untuk mengganti pengurus
lama dengan pengurus baru. ADS merupakan nama Majelis taklim di SMK tersebut. Dengan
semangat yang menggebu-gebu. Si gadis
datang mengikuti acara reorganisasi.acara dimulai dengan pembukaan dilanjutkan
dengan materi yang diisi oleh Bapak/Ibu pembina MT serta para alumni.
Sampai pada
malam hari semangat gadis tersebut tidak surut, materi malam itu kata kakak
kelas akan diisi oleh Ketua ADS angkatan pertama. Sang gadis duduk di banku
paling depan. Materi yang disampaikan oleh alumni tersebut adalah materi
tentang dakwah dan sejarah berdirinya MT di SMK tersebut. setelah sholat isya
dilanjutkan materi. Seluruh peserta reorganisasi mendengarkan dengn seksama materi yang
disampaikan oleh pemateri. Termasuk si gasis kecil itu, dia duduk di bangku
depan, tepat di depan pembicara. Karena materi yang disampaikan itu mengenai
sejarah maka pemateri bercerita bagaimana terbentuknya ADS, target sasaran
serta strategi nya.
Pada sesion
tersebut pemateri memberikan contoh
bahwa kita ini adalah pengurus Aktivis Dakwah Sekolah sudahkah kita
berdakwah pada diri kita sendiri. Contohnya apakah pantas apabila kita
gembar-gembor kan tentang hijab sementara kita belem berhjab. Bagai tersambar
petir saat itu hati si gadis. Mulai detik itu juga sang gadis murung, bingung
dan futur sekali.
Karena bingung
dan malu dan masih merenungi masalah hijab itu, maka si gadis memutuskan untuk
keluar dari barisan tersebut. si gadis tidak pernah menghadiri rapat lagi,
tidak pernah sholat di mushola sekolah dan selalu menghindar apabila bertemu
dengan teman-teman di ADS. Di jalan dakwah itu memang luar biasa, ukhuwah
begitu terasa. Teman-teman dari gadis tersebut mencari dan mengajak si gadis
untuk tetap dalam lingkaran dakwah itu. Namun si gadis sangat mau, apabila
ingin mengganti seragam, di gadis sudah
habis tabungnnya untuk bayar sekolah. Mau minta orng tua tidak tega. Kegelisahan setiap saat menghampiri hati
gadis tersebut. alhamdulillah dirumah si gadis sudah bisa berhijab, akan tetapi
di sekolah belum. Akhirnya ada solusi yaitu dengan menyambung seragam.
Menyambung seragam pun dilakukan oleh sang gadis, meski warnanya jadi aneh itu
tidak menjadi masalah.
Setelah
berhijab sang gadis kembali lagi kedalam lingkaran orang-orang yang rindu akan
dakwah. Di organisasi tersebut ada seorang pembina yang memberikan
wawasan-wawasan baru mengenai islam, perintah-perintah jihad dan masih banyak
lagi yang lain. Di organisasi tersebut gadis itu banyak mengenal orang-orang
baru dan pengetahuan baru tentang islam. Tentang propaganda, perang
pemikiran sampai tentang musuh-musuh
islam. Sang gadis menjadi teringat akan 2 tahun yang lalu saat dia masih di
Yogja yang mana dia sering diajak ke gereja, diberi banyak kemewahan dan
lain-lain. Begitu mirisnya sampai gadis tersebut menangis dan bersyukur sekali
bahwa dulu tidak masuk terlalu dalam.
Begitulah
dakwah. Dalam dakwah ada cinta, ada k=ukhuwah yang mensaudarakan orang yang
dahulunya belum saling kenal. Jalan
dakwah itu tidak selamanya mulus. Banyak onak dan duru, rintangan yang
menghalangi. Tatapi dalam dakwah kita dapat merasakan manisnya kebersamaan,
indahnya berbagi.
Dalam
berdakwah ilmu sangat dibutuhkan, maka menuntut ilmu harus diutamakan. Harus
mengecharge iman yang ada agar bisa tetap istiqomah dan bisa menjadi lebih
baik.
Sebenarnya
masih panjang kisah si gadis kecil itu,, mungkin akan kita sambung lagi di
waktu yang akan datang Insyaalloh......
_mala izzati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar