3 November 2014

Dakwah Adalah...

Sejak aku mengenal dakwah pertama kali hanya mengagumi, ketika aku masih di SMK dulu, perilaku dan keanehan kawan juga hidayah dari ALLAH yang jadi penuntunku

Aku mengenal baik dengan dakwah ketika usiaku 2 tahun, setelah rengkarnasi , pertumbuhan yang lambat membuat aku masih merangkak-rangkak ketika ingin menemuinya, mengantarnya pulang dan memberikan oleh-oleh

Ketika umurku 3 tahun aku belajar berdiri sendiri lalu jatuh kembali hingga berkali-kali , ketika aku di amanahi mengantarkan dakwah sungguh terasa berat

Kini umurku 4 ahun lebih, aku mengenalnya dengan sangat baik ,ia seperti udara segar, udara yang kita butuhjkan seiap deiknya karena begitu sangat penting, begitu juga dengan dakwah
Karena dakwah Aku mengenal Alloh lebih dalam
Karena dakwah aku mengenalduniaku
Karena dakwah aku mengenal lingkunganku
Karena dakwah aku tahu sesuatu
Alasan .......
Tujuan aku hidup..............                                

Dakwah adalah cinta
Dengan dakwah aku harus menjaga hati
Dengan dakwah aku tahu  pengerbonan
Kehilangan waktu, tenaga,,,
Dengan dakwah aku memiliki rasa lebih peduli

Gambaran dakwah adalah sesuatu yang wajib dilakukan untuk tambahan ilmu, tambahan Amal Insyaalloh, dan merasa rugi jika kita tidak berbagi.

Tapi kadang rasa untuk menyampaikan bikin susatu penghalang/minder karena keilmuan yang belum mumpuni,, tapi aku tahu mereka  akan jawab,,,” beri tahulah yang kamu tahu” sampaikanlah walau satu ayat ...betul betul betul

Aku adalah anak kecil yang selalu butuh dorongan dan acuan agar aku menjadi orang yang lebih baik dan bermanfaat


Alloh sudah memperkenalkan dunia ini kepada ku lalu akau akn memanfaatkannya lalu akan berbuat semaksmimal mungkin 

THE JOURNEY OF SPIRITUAL PART 1


“ih anak-anak masjid sok eksklusif, sok rajin, menyebalkan”
Hehehe… itu lah kata-kata yang sempat terlontar saat saya duduk di kelas 1 stemba semester 1, sungguh teramat sangat menyebalkan saat melihat teman-teman yang eksklusif memilih-milih teman, apalagi waktu itu saya belum pakai jilbab.
Setiap hari jum’at sebelum pramuka, teman-teman sok eksklusif itu mendatangi rumah salah seorang guru kimia yang rumahnya sangat jauh dari kemewahan, yang jendelanya selalu tertutup, yang suasananya juga begitu sepi.
“eh… itu anak masjid pada ngapain sih di rumahnya bu.patma (nama samara hehehe) ?” tanyaku kepada salah satu teman yang rumahnya berdekatan dengan bu.patma
“nggak tau, kayaknya pada ngaji gitu, ada kakak kelas juga” jawabnya.
“ih… ngaji apaan? Masak ketutup gitu pintunya, lagian sepi juga, hanya ada satu dua sepatu diluar”
“kayaknya muhammadiyah deh”
“oh……………..”
Waktu itu saya hanya nyengir, mendengar penjelasan dari teman, tapi lama-kelamaan kepo juga sih J saya Tanya-tanya dengan kakak kelas, tapi sayang saya bertanya kepada orang yang salah sepertinya J karena katanya “ nggak usah ikut-ikutan ngaji di tempatnya bu.ss, ih…. Anak-anak yang ngaji disana tuh jadi ANEH”
Waktu itu saya hanya manggut-manggut mantap mengiyakan.
Dalam hati saya berkata “ih…. Aku nggak mau ya, di masa SMA yang menyenangkan aku jadi anak aneh dan nggak gaul”
Akhirnya diawal masa sekolah, saya mengikuti ekstrakurikuler basket, dari sekian banyak organisasi dan ekstrakurikuler yang di tawarkan, saya hanya tertarik dengan basket, dari dulu saya sangat suka dengan olahraga, mungkin karena tubuh kecil saya yang lincah dan memang sangat usil, saya merasa sangat senang ketika harus berlarian kesana-kemari, bahkan saat hari liburpun, saya sering datang kesekolahan hanya untuk bermain basket, pernah dibulan puasa saya latihan basket dari pagi sampai maghrib baru sampai rumah. Kalau sekarang yahhh udah males banget mau lari kesana-kemari Cuma buatngejar-ngejar bola  hehehe
Dulu saya dan teman-teman basket sering turnamen kecil-kecilan, pernah turnamen antar SMA sekabupaten di SMA 2, itu turnamen terbesar yang saya ikuti, walaupun hanya meraih juara harapan 1, tapi lumayanlah… bisa beberapakali jalan-jalan sehabis turnamen, melarikan diri dari pelajaran Analitical chemistry atau pelajaran kimia sejenis yang begitu teramat sangat membosankan bagi saya.
Sampai pada suatu hari saya difitnah telah mengedarkan isu yang tidak benar tentang basket, biasalah… masalah persahabatan gitu, sampai-sampai saya tidak punya teman sama sekali di organisasi, maupun di kelas. Padahal saya masih semester 1, masih proses pencarian teman.
Sebulan saya selalu merengek kepada ibuk agar saya pindah sekolah, saya tidak kuat, teman-teman setiap hari menatap saya dengan sinis, yang dulu teman akrab dalam hitungan detik berubah menjadi musuh, para sahabat yang dulu menyambut dengan hangat tiba-tiba kata-katanya menyengat, saya menangis setiap hari, mata saya sembam tiap pagi tapi tidak ada yang peduli.
Ibu hanya ikut bersedih melihat saya, tapi keluar dari sekolahan dan mencari tempat yang baru itu sangat tidak mungkin.
Saya bukan berasal dari keluarga yang kaya, dan saya juga bukan anak dalam kategori cerdas, bisa diterima di SMK 1 Temanggung dan masuk di jurusan analis kimia adalah prestasi terbesar saya waktu itu, terlalu sayang jika kesempatan bersekolah disini sampai wisuda tidak mampu terselesaikan hanya gara-gara masalah yang akan pudar seiring berjalanya waktu.
Ibuk bukan tipe ibu yang banyak nasihat, beliau selalu mendengarkan saya dengan sepenuh hati, raut wajah yang ikut bersedih seperti menahan tangis, namun kata-katanya yang minimalis selalu mampu menguatkanku “bersabarlah nduk, ma’e tidak tau cara menyelesaikan masalahmu, tapi ma’e yakin kamu yang lebih tau cara menyelesaikanya, pindah ke sekolah lain bukan jalan terbaik untuk saat ini.”
Hiks-hiks, tidak berani aku menampakkan kesedihan saya kepada bapak, beliau pasti akan membela saya mati-matian, bahkan bisa jadi beliau akan datang ke sekolah kalau tau anak gadisnya ini di fitnah oleh temanya, dan sekarang tidak punya teman disekolahan.
Beliau lumayan over protektif, tapi baik juga sih,… awal masuk SMK yang di dominasi oleh siswa laki-laki, beliau selalu bertanya selepas pulang sekolah “teman-teman laki-laki tidak ada yang nakal dan kurang ajar to? Kalau ada, langsung cerita ke bapak, nanti bapak yang selesaikan” J
Orang tua memang selalu menginginkan kondisi terbaik untuk anak-anaknya.
Aku selalu malas kesekolah, nilai saya mulai kacau balau, tugas-tugas tidak terselesaikan.
Teman-temanku memang Kejam” pikirku waktu itu.
 orang-orang yang dulu sempat teramat baik, seketika berubah menjadi orang-orang antic yang hatinya tidak berkutik oleh tetesan airmata seorang anak yang hanya sebagai korban fitnah.
memeng benar, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan
“Bunuh saja aku, daripada kalian memfitnah aku” hiks :’( begitu kata-kata saya kepada teman-teman, tapi mereka tidak menghiraukanku, mereka tetap menjauhiku.
Berulang kali saya mengajak teman-teman berdiskusi, tapi mereka selalu memojokkanku.
apa salahku?
Kalau kamu bukan pelakunya, ya sudah bersikap biasa saja, kalau kamu bersikap seperti ini mana aku percaya kata-katamu?
Bagaimana aku bisa bersikap biasa saja kalau kalian menjauhiku? Aku menangis wajarkan? Aku bersedih, wajar kan? Aku merasa menjadi orang paling bersalah, sekalipun aku tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan.
Ah, simpan saja wajah palsumu itu
Oke. Aku minta maaf jika aku bersalah
Huh. Peres
Mereka berlalu meninggalkanku.
Waktu memang selalu berbaik hati mengobati luka, saya semakin terbiasa dengan perlakuan mereka, saya terbiasa duduk sendiri, mengerjakan tugas sendiri, ngobrol dengan diriku sendiri, dan sejak peristiwa itu saya mengundurkan diri dari basket.
Di saat saya sibuk dengan kesendirian, tiba-tiba saya didekati oleh seorang teman yang dulu begitu tidak aku perdulikan, sebut saja dia lisa.
Teman satu kelas yang selalu ambisius, dan paling aku benci.
Dia yang aku benci, datang menyapaku bersama sahabat-sahabat lainya yang rajin ke masjid.
Ini titik balik awal yang mengubah seluruh kehidupan saya.
Perkenalan kedua setelah MOS, hey… waktu MOS saya duduk sebelahan dengan lisa, dan kini kita berkenalan lagi untuk kedua kalinya, dengan perasaan yang berbeda.
Saya mulai akrab denganya, dengan teman-teman masjid yang sok eksklusif, saya walaupun tidak berjilbab seperti mereka, tapi mereka menerima saya dengan tangan terbuka, senyum yang maksimal, tatapan mata yang tulus, ah…… tidak sanggup saya tuliskan lagi.
Masa-masa itu begitu sangat mengharu biru untuk dikenang.
Itulah awal mula saya bergbung dengan da’wah, dengan seragam SMAku yang masih pendek, aku selalu mengikuti kajian setiap hari jum’at, ternyata kajian di rumah bu.ss atau kami sering menyebutnya umi, beliau sudah seperti ibu kedua bagi kami, sungguh mengesankan.
Kesan pertama memang penentu kesan-kesan selanjutnya.
Hari pertama ikut kajian, ternyata sedang ada agenda masak bareng, dengan menu membuat donat dari labu. J
“Oh…. Ternyata ini bukan tempat klasik, yang sok eksklusif, membosankan, dan nggak gaul… oh…. Ternyata ini tempat main yang paling asik, gaul dan penuh wawasan luas, dimana ide-ide kita ditampung di rumah hijau yang istimewa ini, terima kasih ya Alloh telah mengirimkanku ke tempat yang begitu teduh dan sejuk.” (mendadak suka dengan warna hijauu )
semester dua saya ikut organisasi pramuka, PMR, Benkyokai bahasa jepang, dan itu membuatku semakin dekat dengan Lisa, dan Nia(yang kelak menjadi ketua kajian yang bernama SMART SALSABILA) .
Saya mulai rajin mengerjakan tugas, belajar, lemburan, dan ibu selalu menemani saya setiap malam.
Ibu senang dengan kondisi saya yang membaik, selalu bersemangat ketika berangkat kesekolah, bersemangat untuk belajar, mengerjakan tugas tanpa mengenal lelah, dan saya mulai bisa tersenyum dan bercanda kemabali denganya.
Beliau sampai ingin sekali bertemu dengan ke dua sahabat baru, yang telah mewarnai dunia baru anak gadisnya, membuat corak berwarna pada kain kehidupan anaknya yang bebesapa saat lalu menghitam.
Mungkin do’a beliau setiap sujud terakhir telah mengguncang arsy dan menuntun anaknya ini kepada cahaya diatas cahaya
Awal kelas dua, saya mulai gusar ketika harus berangkat ke kajian, ada rasa malu ketika melihat teman-teman yang sebagian besar mengenakan jilbab, hanya satu dua yang belum mengenakan jilbab.
Setelah liburan semester satu, setelah saya rihlah bersama teman-teman salsabila, tepat di hari selasa.
Bismillahirohmanirohim…
Saya mulai berjilbab.
Alhamdulillah wa syukurillah, walaupun saya baru punya satu stel seragan putih abu-abu warisan kakak yang sudah kekecilan dan lusuh, saya meniatkan diri untuk berhijrah J hari jum’at dan sabtu bagaimana?
Saya tidak tau….
Saya hanya mempunyai satu stel seragam yang saya kenakan 4 hari.
Bersambung…………………………………


Catatan : YA Alloh terimakasih… engkau telah mencintaiku dengan cara yang luar biasa, engkau mengobati luka yang sempat menganga, engkau dengan segala maha kuasaMu menggerakkan hati-hati hambaMu untuk merengkuhku dan mengajakku merasakah ar rohman arrohim Mu yang indah tak tidak pernah padam.
Terima kasih untuk teman-teman yang sempat menggoreskan luka, kalian telah menambah perbendaharaan perasaan yang aku miliki, melalui perlakuan kalian Alloh melihatku mungkin dengan cara yang berbeda bahwa do’a orang yang terdzolimi itu mustajab, eitz… tapi jangan coba-coba melakukan ini kepada orang lain ya… karena sungguh di fitnah itu teramat sangat menyakitkan.

Sahabatku Smart salsabila, umi…. Jazakillah khoiron katsir….

Aku Dan Dakwah


Dalam bingkai aku cinta dakwah;
Dakwah adalah kalimat akrab dan menawan di telingaku, aku mau dakwah bagaikan oase yang menyejukkan setiap jiwa yang haus, dakwah itu seperti memberikan nur dalam titik yang gelap, dakwah itu memenangkan hati manusia yang kaku, membimbing manusia yang baik agar meniti jalan yang benar, menuntun orang maksiat kepada taat, dan akhirnya hasil dakwah itulah yang akan memenangkan hati setiap manusia, karena melaluinya manusia di antarkan ke tempat mulia yang semestinya, yaitu dekat kepada Alloh ta’ ala.
Dalam dakwah jika kubahas keterkaitannya dengan aku, tentu saja aku harus sangat akrab dengannya, ialah dakwah seperti sosok paling elegan yang harus mendampingi hidupku, dakwah adalah sarana paling efektif untuk mendekatkan diri kita kepada Alloh, mendekatkan orang lain yang belum dekat kepada Alloh agar dekat kepada Alloh. Pokoknya sampai mati aku hanya ingin berkawan mesra dengannya, titik.
Berdakwah baik kepada diri kita sendiri, keluarga, masyarakat maupun yang lainnya adalah bukti cinta kepada Alloh yang paling kongkrit. Karena kecintaan Alloh kepada kitalah, Alloh mengutus kita sebagai khalifah , sebagai pendakwah. Kita adalah sosok – sosok istimewa yang di butuhkan oleh dakwah, kita wajib sadar bahwa kita membutuhkan dakwah untuk menolong diri kita dan menolong agama-Nya. Tak mungkin Alloh tak mencintai kita, maka pastilah harus kita balas cinta itu dengan dakwah itu.
Aku.. ingin dan akan berdakwah dengan cinta dan hati, sebab itulah alasan terlogis yang dulu mengantarkanku kepada jalan ini. Dakwah berbumbu cinta, membuat objek dakwah memahami bahwa dia sesungguhnya hidup untuk dicintai, mencintai, ya..tentu saja oleh Alloh, Nabiku Muhammad SAW, orangtua, dan teman seperjuanganku.  
Dakwah itu sebelum profesi apapun; sebelum apapun.
Dakwah bagiku tak harus bermimbar agar tenar, yang penting nama kita tercatat sampai ke surga. Aamiin. Hadist berbunyi; sampaikanlah walau satu ayat saja, itu cukup menjadi pendukung bagi kita. Namun, jangan pernah batasi potensi kita dengan alasan hadist tadi, kita adalah mujahidah di antara tentara Alloh.
Dakwah dalam singkatnya adalah mengajak kepada kebenaran, bukan kebaikan, karena baik belum tentu benar, tapi benar pastilah baik. Dan, tarbiyah dan dakwah itu menciptakan manusia kreatif, beragam, unik dan antik. Apapun idemu, sekonyol apapun itu, maka tunjukkanlah dengan aksi nyata. Lebih manis bereksperimen gagal daripada ide hanya jadi isapan jempol saja.
_Leea Zahra

Dakwah Dalam Diam



Setiap jam kepulangan siswa; pukul 12.30, depan sekolah tempatku mengajar berubah seperti pasar pindah. Meski sudah mencoba berdialog berkali-kali plus sudah dipasang papan bukan tempat untuk berjualan, tetap saja banyak pedagang berjejer-jejer menjajakan dagangannya disana. Kami, selaku pihak sekolah sebenarnya merasa keberatan dengan kebandelan mereka namun kami tak bisa berbuat banyak. Karena, seperti tugas kami, dagangan itu sumber nafaqoh mereka.

Lama-lama, kami mulai terbiasa dan merasa biasa dengan kehadiran mereka. Saat piket; iseng, aku mencoba menghitung satu persatu pedagang yg berikhtiar menjemput rejeki itu. Untuk ukuran halaman luar gerbang PAUD IT Mutiara Hati yang sempit, jumlah mereka bisa dikatakan banyak. Dan ternyata setelah ku amati, mereka membawa ciri khas masing-masing untuk menarik pelanggan. Ada pedagang roti berlisensi japan yang dari gerobak sepedanya selalu mengeluarkan theme song dari sebelum anak-anak keluar kelas hingga sekolah sepi. Ada pedagang susu cup yang juga punya lagu khas. Ada pedagang es tong-tong, dengan bonang yang selalu melekat pada gerobak dorongnya. Tak ketinggalan  pedagang kue leker yang meyetel lagu pop dewasa kencang-kencang layaknya konser yang disiarkan secara live. Ada juga beberapa pedagang mainan yang hanya menggelar dagangannya begitu saja di lantai. Itu baru beberapa, yang lain masih banyak lagi.

Aku merenungi cara mereka menawarkan dagangan. Untuk bisa dikenal dan menarik perhatian calon pembeli, mereka harus memiliki tanda khusus. Tanda yang membedakannya dengan pedagang lain. Sama seperti kita yang memiliki kewajiban menyeru pada kebenaran. Bahwa, setiap kita(dai)  punya ciri masing-masing untuk menghimpun target dakwah kita. Seperti misalnya, Yusuf Mansyur dengan sedekahnya, ust. Arifin Ilham dengan majelis Adz-Dzikranya, Alm. Uje dengan kegaulannya, Asma Nadia, Afifah Afra, Tere Liye, Salim A. Fillah, Habiburahman El Shirazy dengan buku-bukunya. Atau seperti Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Fahri Hamzah, Ahmad Heryawan, Irwan Prayitno  denngan prestasi dalam dunia politik Indonesia, juga edcoustic, opick dan raihan dengan syair lagu-lagu relijiusnya. Mereka dikenal dan besar dengan penanda mereka (juga atas ijin Allah). Belajar dari hal tsb, maka aku yg berharap bisa tergabung dalam barisan pengemban risalah Rasulullah SAW, juga ikut membangun tanda. Tanda yang sebenarnya sudah mulai aku bangun sejak masih duduk di bangku SMK.

Empat tahun yang lalu, atas hidayah Allah, aku berazam untuk melakukan hijrah menuju babak baru dalam hidupku. Perjalanan berkilo-kilo meter dimulai dari satu langkah awal, begitu kata-kata bijak yang sering ku baca. Maka sebagai langkah awal berhijrah, aku kenakan jilbab rapi hingga menutup dada sesuai dengan perintahNya dalam QS. An Nur dan Al Ahzab. Namun beberapa bulan kemudian, seiring bertambahnya ilmu dan pemahamanku terhadap Islam, niat berjilbabku bertambah. Jilbab yang ku pakai tak hanya sebagai penanda hijrah tapi juga penanda dakwah. Setiap kali orang lain melihat jilbabku maka secara otomatis aku sudah memperlihatkan bahwa aku tidak malu dengan identitas Islamku. Setiap orang menatap lebarnya jilbabku aku juga sedang berdakwah, ini perintah Allah lho. Saat orang penasaran apa tidak gerah? Apa tidak ribet? Apa tidak ndeso? Aku tunjukan bahwa jilbab 'rapi' tidak menghambat aktivitas dan malah menambah 'cantikny' diri. Jilbab juga berandil besar memperbaiki akhlakku. Maka aku juga berdoa, semoga Allah membuka mata dan hati orang lain untuk mengikuti kebaikan yang ku lakukan. Pokoknya aku desain sedemikian rupa niat dalam hati. Bahwa, jilbab ini tak hanya berupa kebenaran dan kebaikan tapi juga salah satu penyalur kebenaran dan kebaikan. Bahwa, jilbab ini tak hanya bermanfaat bagi diriku sendiri tapi juga bagi orang lain; di dunia hingga akhirat kelak.

Nah,
Itulah jalan dakwahku. Jalan dakwah yang ku susuri dalam diam dengan jilbab sebagai pengingat dan penandanya. Jalan yang mungkin selemah-lemahnya cara. Namun semoga dengan begini, aku yang besar malu saat berbicara di depan orang banyak; aku yang tak  pandai meramu kata; aku yang biasa-biasa saja tetap bisa ikut berkontribusi dalam dunia dakwah yang semakin membahana ini. Lillah, billah. . .

Alya Jazilah
Dalam tugas "Aku dan Dakwah"