3 Juni 2013

Tertawan dan Menawan,


Syiar berarti menyeru atau menyampaikan, sedangkan syiar Islam berarti menyeru atau menyampaikan nilai-nilai Islam kepada orang-orang. Sudah begitu banyak dari kita, terutama dari kalangan pemuda dengan karakter semangat berapi-api yang sangat khas, menyeru dan mengajak manusia lain untuk mengenal kebaikan dan kebenaran. Namun sangat disayangkan beberapa dari kita, yang menyerukan Islam, juga belum memahami bagaimana menyentuh objek-objek dakwah yang ingin kita rangkul. Objek-objek dakwah tersebut adalah orang yang sama seperti kita, sama-sama memiliki hati dan bukan objek mati yang tidak memiliki respon terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya.
Hati yang beriman merupakan sumber penggerak. Bahkan setiap manusia di sudut dunia senantiasa dibimbing oleh hati, apabila mereka masih mau layak disebut sebagai manusia. Oleh sebab itu, sebelum kita melangkah jauh dengan bermaksud mengarahkan dan menunjukkan jalan kebenaran kepada orang lain, sudah selayaknya kita harus mampu menyentuh sumber motivasi penggerak dirinya yaitu hati. Itulah mengapa seringkali kita sering melihat (atau menyaksikan sendiri) begitu banyak seseorang yang telah “tertawan” hatinya oleh lawan jenisnya sehingga mereka rela melakukan dan memberikan apapun yang mereka miliki kepada orang yang telah mampu “menawan” hatinya, betapapun itu sangat pahit dan berat bagi dirinya. Meskipun hal ini berada dalam bingkai yang salah dalam tatanan Islam, sudah selayaknya kita mengkaji mengapa hal itu bisa terjadi dan nampaknya memang sisi hati inilah yang harus mampu disentuh terlebih dahulu sebelum kita sebagai penebar nilai Islam berbicara lebih jauh dan lebih banyak. Analoginya, apabila hati yang telah “tertawan” oleh sesuatu nilai yang melenceng (dalam kasus di atas adalah cinta yang didasari nafsu belaka) saja bisa menggerakkan manusia melakukan apapun maka hati yang telah tersentuh oleh keindahan Islam (yang telah kita yakini bersama sebagai rahmatan lil ‘alamin) pastilah akan mampu menggerakkan manusia untuk melakukan sesuatu yang jauh lebih dahsyat. Di sinilah tugas kita sebagai da’i untuk mengeksplorasi, mengeksploitasi, dan mengemas nilai-nilai Islam sedemikian rupa sehingga orang-orang bisa melihat, mendengar, dan merasakan sendiri keindahan nilai-nilai ini. Dengan begitu mereka bisa menerima Islam dengan penuh kenyamanan dan tanpa merasa mendapat intervensi serta paksaan dari orang yang mengabarkan Islam.
Kita telah memahami bagaimana hati memiliki peranan penting dalam syiar Islam sebagai aspek yang harus disentuh terlebih dahulu. Sekarang kita akan membahas hal-hal apa saja yang mampu menyentuh hati dan bagaimana kita menampilkannya dengan cara yang baik dan tepat sesuai tuntunan Al Qur’an dan Hadits. Berikut beberapa hal yang mampu menyentuh hati menurut buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karangan Abbas As Siisiy :
1. Menghafal Nama
Mungkin sebagian besar dari kita, termasuk saya sendiri, merasa kesulitan untuk mengingat nama orang-orang yang baru kita kenal. Saya sendiri lebih mudah mengingat wajah seseorang dibandingkan namanya. Namun percayalah bahwa mengingat nama adalah hal yang penting karena dari sinilah terjadi interaksi dan lahirnya sifat saling percaya sesama individu. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kata yang paling sering diucapkan dalam percakapan manusia, baik secara langsung maupun lewat telepon, adalah kata “aku”. Ini membuktikan bahwa setiap manusia ingin dipandang dan dihargai lebih oleh orang lain. Bagi setiap orang, lantunan rangkaian kata yang paling indah di dunia ini adalah namanya sendiri. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengingat nama objek dakwah yang ingin kita dekati sebelum kita menyampaikan Islam. Salah satu caranya adalah dengan mencoba mengingat namanya dengan memperhatikan ciri-ciri wajahnya (jenis rambutnya, warna kulitnya, memakai kacamata atau tidak, berjenggot, dan sebagainya) atau mencatat nama orang yang baru kita kenal. Hal ini bisa dikembangkan lebih jauh sesuai dengan cara yang paling mudah bagi seorang da’i untuk mengingat nama objek dakwahnya.
2. Tersenyum
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda “Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah”. Di sini dijelaskan secara gamblang bahwa senyum yang dihitung sedekah adalah senyum yang diberikan di depan saudara kita. Jadi, senyum yang tidak terlihat di depan saudara kita tidak akan memiliki arti dan tidak meninggalkan kesan di hati mereka. Di sini, senyuman yang dimaksud adalah senyum yang tulus ikhlas dan tidak dibuat-buat. Senyuman di depan saudara kita haruslah berupa senyuman yang berasal dari hati nurani dan penuh dengan ketulusan karena senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan terpancar pada wajah. Senyuman yang tulus ikhlas adalah fitrah, yang akan membuat hati manusia terpikat dan bersimpati.
3. Penampilan Seorang Da’i
Cara bertutur kata dan penampilan seorang da’i akan menarik perhatian orang-orang yang mendengar dan melihatnya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Sebuah ungkapan mengatakan “Keberhasilan sebuah misi akan bergantung pada si pembawa misi tersebut”. Contoh yang paling jelas dalam hal ini adalah penunjukan Mushab bin Umair oleh Rasulullah sebagai pemimpin delegasi di Madinah untuk menyampaikan syiar Islam. Kita telah ketahui bahwa Mushab bin Umair merupakan seorang pemuda yang memiliki kedalaman ilmu yang baik dan memiliki penampilan yang sangat menawan. Penampilan dan akhlak yang baik akan membuat orang yang baru saja memandang menjadi tertarik dan simpati. Sehingga tak heran kita menjumpai ada sebagian orang yang menggantungkan kepercayaan melalui pandangan matanya.
4. Pandangan yang Penuh Kasih Sayang
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa memandang saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya”. Yang dimaksud pandangan dalam hadits ini adalah pandangan yang ditujukan kepada hati dan mengajaknya berbicara dengan lemah lembut. Sebuah pandangan yang penuh cinta dan kasih sayang kepada saudaranya akan dapat berpengaruh dalam mengantarkan kepada kebenaran yang akhirnya dapat mempererat barisan dan memperkuat bangunan. Apa yang tersimpan dalam hati akan tersingkap dalam tatapan mata. Oleh karena itu, berikanlah pandangan yang penuh ketulusan kepada setiap orang yang kita temui, termasuk kepada penerima dakwah kita, karena hal itu akan tersampaikan kepada mereka meskipun kita terkadang tidak menyadarinya.
5. Menyebarkan Salam dan Memberi Salam Lebih Dahulu
Menyebarkan salam akan mampu memberikan rasa aman dan simpati kepada orang-orang yang mendengarkannya. Memberikan salam bisa diberikan baik kepada orang yang sudah kita kenal maupun yang belum kita kenal. Bahkan bagi kita yang memberi salam lebih dahulu akan memberikan daya tarik tersendiri dan akan mampu memikat orang di sekitar kita, selain itu hal tersebut akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah.
6. Memberikan Tempat Duduk dalam Suatu Majelis
Dalam sebuah kesempatan, kita diundang dalam suatu undangan dan kita tidak mendapatkan tempat duduk di dalam ruangan acara tersebut karena ruangan telah penuh oleh tamu undangan. Pastinya hal tersebut akan membuat kita merasa bingung, salah tingkah, bahkan kesal. Sampai pada akhirnya ada seseorang yang menawarkan tempat duduk pada kita. Pastinya orang tersebut akan berkesan di hati kita sampai kapanpun. Begitu pula sikap kita apabila kita melihat ada orang yang nampak kebingungan karena tidak mendapatkan tempat duduk dalam suatu majelis. Berikanlah tempat duduk padanya, niscaya kita akan senantiasa berkesan di hatinya. Dalam Q.S. Al Mujadilah : 11 dijelaskan, “Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepada kalian, ‘Berlapang-lapanglah dalam suatu majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian…”
7. Berjabat Tangan

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda “Tidaklah seorang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka berpisah”. Yang dimaksud di sini adalah jabat tangan yang disertai rasa kasih sayang dan ketulusan kepada saudaranya. Selain itu, kita harus menjabat tangan saudara kita sambil menghadapkan tubuh kita ke arah saudara kita, tidak dalam keadaan tubuh menyamping atau setengah-setengah ketika menjabat tangannya. Sudah selayaknya jabatan tangan kita harus dibarengi dengan tatapan dan perasaan yang hangat serta senyuman yang datang dari hati sehingga orang-orang yang merasakan jabat tangan kita akan merasa nyaman dan bisa menerima keberadaan kita. Yang perlu diingat, hal ini harus dilakukan antar pria dengan pria atau wanita dengan wanita karena Rasulullah mengajarkan seperti itu.


Epha Emoto_2010
'Bagaimana Menyentuh Hati'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar