Menjadi seorang dai adalah kewajiban bukan sekedar
pilihan, karena setiap dari diri ini wajib menjadi pemberi kebaikan untuk
lingkungannya bukan hanya menerima kebaikan. Terutama sebagai akhwat yang
memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi penerus. Menjadi dai perlu
dipersiapkan segala sesuatunya. Dari persiapan spiritual, fisik, intelektual
dan dana.
Mempersiapkan
akhwat muslimah sebagai daiyah
Allah menghendaki setiap daiyah muslimah yang integral, bisa
mengajak orang lain kedalam kebaikan tanpa melupakan diri sendiri. Dalam Q.S Al
Baqarah :44 Allah berfirman:
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan,
sedangkan kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca
AlKitab, apakah kamu tidak berpikir?”
1. Penyiapan spiritual
Rasulullah menyiapkan generasi awal
Islam dengan tarbiyah ruhiyah (pembinaan spiritual). Tarbiyah ruhiyah tersebut
berawal dari pembinaan akidah, proses pembersihan jiwa.
a. Jelasnya loyalitas
Loyalitas merupakan karakter asasi
setiap muslim. Dengan ini, ia mampu membedakan mana orang-orang yang beriman
dan yang kafir. Allah memerintahkan untuk menyerahkan loyalitas penuh kepada
Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tahapan loyalitas muslimah:
·
Komitmen
(iltizam) terhadap syariat Allah. Seluruh tindakan dan amalan tidak boleh
bententangan dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh islam.
·
Wujud
loyalitas sesama mukmin adalah alokasi penataan gerak dakawah bersama mereka.
Bersikap kasih sayang dan lemah lembut sesama mereka, menerapkan ukhuwah
sebagai bentuk kekuatan struktural di antara mukmin. Ukhuwah direalisasikan
sampai pada tingkatan tlong menolong diantara mukmin.
·
Konsekuensi
loyalitas terhadap mukmin adalah memiliki sikap yang tegas terhadap orang-orang
kafir.
b.
Berhiaskan
akhlak yang terpuji
Perwujudan karakter muslim yang tampak di permukaan adalah
ajaran akhlak dari individu sampai sosial. Para daiyah merupakan cermin dari
umatnya. Dengan landasan akidah, muslimah diharapkan mampu membimbing umat
menuju jalan Allah. Dengan perbaikan akhlak, maka kejelasan karakter muslimah
akan terlihat. Jika kita perhatikan dari Sirah Rasulullah, Rasul berdakwah
dengan akhlak yang sempurna di tengah kaumnya. Allah pun tidak menyukai
orang-orang yang hanya bisa berbicara, mengajak, dan melarang orang lain, namun
ia sendiri tidka seperti apa yang ia ucapkan. Di sinilah urgensi akhlak terpuji
perlu ditekankan oleh muslimah.
c.
Shalat
malam
Ciri orang bertakwa biasanya dikaitkan dengan sedikitnya
tidur di waktu malam sebab ibadah malam telah menjadi bagian dari hidupnya.
Waktu malam lebih khusyuk dan menjadikan hati mampu merasakan kelemahan diri di
hadapan sang Khalik. Pembinaan ruhiyah akan berjalan efektif dengan qiyamullail
ini, sehingga tidak mengherankan mereka yang telah merasakan nikmatnya sholat malam
akan merasa sangat kehilangan jika ada satu malam yang terlewatkan darinya.
d.
Tilawah
“…dan
bacalah Al Qur’an itu dengan tartil.” (QS.Al Muzzammil: 4)
Al
Qur’an merupakan pedoman umat muslim sehingga harus senantiasa dibaca,
ditelaah, kemudian diamalkan isinya. Membacanya berpahala dan merupakan ruh
yang memberikan kekuatan ma’nawiyah kepada sang pembaca. Tiada suatu hari dalam
kehidupan daiyah muslimah yang boleh dibiarkan berlalu tanpa bacaan Al Qur’an.
Ibnu Mas’ud berkata,”Apabila kamu menginginkan pengetahuan, maka selidikilah Al
Qur’an itu sebab di dalamnya termuat ilmu-ilmu dari orang-orang yang dahulu dan
yang kemudian.”
e.
Dzikrullah
Dzikrullah merupakan metode persiapan ruhiyah yang amat
mengena. Hendaknya para muslimah daiyah senantiasa membasahi lisannya dengan
dzikir dalam setiap aktivitas kehidupan, misalnya dalam perjalanan, bekerja,
duduk, berdiri dan sebagainya. Syaikh Sayyid Sabiq menjelaskan,”Dzikir atau
mengingat Allah, dalam segala apa yang dilakukan oleh hati
dan lisan berupa tasbih atau memahasucikan Allah, memuji dan
menyanjung-Nya, menyebut sifat-sifat kebesaran dan keagungan, serta sifat
keindahan dan kesempurnaan yang telah dimiliki-Nya.”
2.
Penyiapan
intelektual
Tidak cukup hanya berbekal aspek ruhiyah karena seiring
dengan perkembangan IPTEK maka daiyah muslimah juga semestinya mempersiapkan
diri dalam hal intelektualitas (tsaqafah). Meski begitu, bukan berarti
harus menghabiskan waktunya untuk menekuni perkembangan sains dan teknologi,
hal yang paling penting adalah menempatknnya secara proporsional. Pengetahuan
atau tsaqafah yang semestinya dipersiapkan meliputi pengetahuan tentang
keislaman, pengetahuan modern dan pengetahuan kecakapan. Pengetahuan keislaman
menurut Sa’id Hawwa meliputi tiga landasan pokok (ma’rifatullah,
ma’rifaturrasul, ma’rifatul islam), Al Qur’an baik kandungan maupun
ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya, ilmu As Sunnah, Ushul Fiqh, Al-Aqa’id
(akidah, akhlak, fikih), sirah Nabawiyah dan tarikh umat Islam, bahasa Arab,
sistem musuh dalam menghancurkan islam, studi islam modern dan Fiqh Ad-dakwah.
Pengetahuan modern menitikberatkan pada profesi-profesi yang
dibutuhkan oleh umat misalnya dokter muslimah, perawat, guru, farmakolog,
arsitek dan sebagainya yang mendukung dan bermanfaat dalam gerak dakwah Islam.
Sedangkan pengetahuan kecakapan merupakan keahlian atau skill spesifik
misalnya daiyah muslimah semestinya melek teknologi, menguasai komputer dan
teknologi informasi dan semacamnya.
3.
Penyiapan
fisik
Penyiapan jasadiyah merupakan bagian integral karena akan
menjadi kendala dalam dakwah jika muslimah lemah fisik dan sering terkena
sakit. Hendaknya muslimah memperhatikan penjagaan kesehatan diantaranya dengan:
mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib, menjauhkan dari semua makanan yang
merusak badan, menjaga kebiasaan dari hal-hal buruk misalnya merokok,
mengurangi minum kopi dan minuman penyegar lainnya, rajin olahraga, dan
pengaturan waktu istirahat yang cukup.
Dalam
riwayat Muslim: “ Muslim yang kuat lebih baik dan lebih disukai di sisi Allah
daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan …”
4.
Penyiapan
dana
Materi bukanlah segalanya, akan tetapi ia merupakan hal yang
diperlukan untuk kelangsungan dakwah, baik skala individual maupun kolektif.
Setiap langkah dakwah pasti membutuhkan materi, baik berupa uang yang langsung
terlihat maupun berbentuk perbekalan yang tidak kelihatan secara langsung.
Seorang daiyah muslimah yang bertugas melakukan dakwah di tengah masyarakat,
salah satunya membutuhkans arana transportasi, yang berarti memerlukan uang
untuk naik angkot atau membeli bahan bakar sepeda motor. Bahkan jika seandainya
berjalan kaki, ia harus memiliki tenaga dari makanan yang dikonsumsi.
Rasulullah
telah memberikan teladan kepada kita agat kita berwirausaha, pada usia dua
belas tahun Rasul telah menyertai pamannya berdagang ke negeri Syam. Tentang
hal ini, Al Buthy menyatakan “karena itu, para aktivis dakwah merupakan orang
uang paling patut mencari penghidupan (ma’isyah) melalui usaha mandiri dari
sumber yang mulia, yang tidak mengandung unsur meminta-minta, agar mereka tidak
berhutang budi kepada seseorang pun yang menghalanginya dari menyatakan
kebenaran di hadapan para ‘investor budi’ tersebut.”
Demikianlah persiapan maliyah amat diperlukan
dalam dakwah agar para daiyah muslimah semakin tegar di jalan dakwah.-Ophie-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar