11 Juli 2013

Muslimah...,


Menjadi seorang dai adalah kewajiban bukan sekedar pilihan, karena setiap dari diri ini wajib menjadi pemberi kebaikan untuk lingkungannya bukan hanya menerima kebaikan. Terutama sebagai akhwat yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi penerus. Menjadi dai perlu dipersiapkan segala sesuatunya. Dari persiapan spiritual, fisik, intelektual dan dana.
Mempersiapkan akhwat muslimah sebagai daiyah
Allah menghendaki setiap daiyah muslimah yang integral, bisa mengajak orang lain kedalam kebaikan tanpa melupakan diri sendiri. Dalam Q.S Al Baqarah :44 Allah berfirman:
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca AlKitab, apakah kamu tidak berpikir?”
1.      Penyiapan spiritual
Rasulullah menyiapkan generasi awal Islam dengan tarbiyah ruhiyah (pembinaan spiritual). Tarbiyah ruhiyah tersebut berawal dari pembinaan akidah, proses pembersihan jiwa.
a.       Jelasnya loyalitas
Loyalitas merupakan karakter asasi setiap muslim. Dengan ini, ia mampu membedakan mana orang-orang yang beriman dan yang kafir. Allah memerintahkan untuk menyerahkan loyalitas penuh kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Tahapan loyalitas muslimah:
·         Komitmen (iltizam) terhadap syariat Allah. Seluruh tindakan dan amalan tidak boleh bententangan dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh islam.
·         Wujud loyalitas sesama mukmin adalah alokasi penataan gerak dakawah bersama mereka. Bersikap kasih sayang dan lemah lembut sesama mereka, menerapkan ukhuwah sebagai bentuk kekuatan struktural di antara mukmin. Ukhuwah direalisasikan sampai pada tingkatan tlong menolong diantara mukmin.
·         Konsekuensi loyalitas terhadap mukmin adalah memiliki sikap yang tegas terhadap orang-orang kafir.
b.      Berhiaskan akhlak yang terpuji
Perwujudan karakter muslim yang tampak di permukaan adalah ajaran akhlak dari individu sampai sosial. Para daiyah merupakan cermin dari umatnya. Dengan landasan akidah, muslimah diharapkan mampu membimbing umat menuju jalan Allah. Dengan perbaikan akhlak, maka kejelasan karakter muslimah akan terlihat. Jika kita perhatikan dari Sirah Rasulullah, Rasul berdakwah dengan akhlak yang sempurna di tengah kaumnya. Allah pun tidak menyukai orang-orang yang hanya bisa berbicara, mengajak, dan melarang orang lain, namun ia sendiri tidka seperti apa yang ia ucapkan. Di sinilah urgensi akhlak terpuji perlu ditekankan oleh muslimah.
c.       Shalat malam
Ciri orang bertakwa biasanya dikaitkan dengan sedikitnya tidur di waktu malam sebab ibadah malam telah menjadi bagian dari hidupnya. Waktu malam lebih khusyuk dan menjadikan hati mampu merasakan kelemahan diri di hadapan sang Khalik. Pembinaan ruhiyah akan berjalan efektif dengan qiyamullail ini, sehingga tidak mengherankan mereka yang telah merasakan nikmatnya sholat malam akan merasa sangat kehilangan jika ada satu malam yang terlewatkan darinya.
d.      Tilawah
“…dan bacalah Al Qur’an itu dengan tartil.” (QS.Al Muzzammil: 4)
Al Qur’an merupakan pedoman umat muslim sehingga harus senantiasa dibaca, ditelaah, kemudian diamalkan isinya. Membacanya berpahala dan merupakan ruh yang memberikan kekuatan ma’nawiyah kepada sang pembaca. Tiada suatu hari dalam kehidupan daiyah muslimah yang boleh dibiarkan berlalu tanpa bacaan Al Qur’an. Ibnu Mas’ud berkata,”Apabila kamu menginginkan pengetahuan, maka selidikilah Al Qur’an itu sebab di dalamnya termuat ilmu-ilmu dari orang-orang yang dahulu dan yang kemudian.”
e.       Dzikrullah
Dzikrullah merupakan metode persiapan ruhiyah yang amat mengena. Hendaknya para muslimah daiyah senantiasa membasahi lisannya dengan dzikir dalam setiap aktivitas kehidupan, misalnya dalam perjalanan, bekerja, duduk, berdiri dan sebagainya. Syaikh Sayyid Sabiq menjelaskan,”Dzikir atau mengingat Allah, dalam segala apa yang dilakukan oleh hati dan lisan berupa tasbih atau memahasucikan Allah, memuji dan menyanjung-Nya, menyebut sifat-sifat kebesaran dan keagungan, serta sifat keindahan dan kesempurnaan yang telah dimiliki-Nya.”
2.      Penyiapan intelektual
Tidak cukup hanya berbekal aspek ruhiyah karena seiring dengan perkembangan IPTEK maka daiyah muslimah juga semestinya mempersiapkan diri dalam hal intelektualitas (tsaqafah). Meski begitu, bukan berarti harus menghabiskan waktunya untuk menekuni perkembangan sains dan teknologi, hal yang paling penting adalah menempatknnya secara proporsional. Pengetahuan atau tsaqafah yang semestinya dipersiapkan meliputi pengetahuan tentang keislaman, pengetahuan modern dan pengetahuan kecakapan. Pengetahuan keislaman menurut Sa’id Hawwa meliputi tiga landasan pokok (ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, ma’rifatul islam), Al Qur’an baik kandungan maupun ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya, ilmu As Sunnah, Ushul Fiqh, Al-Aqa’id (akidah, akhlak, fikih), sirah Nabawiyah dan tarikh umat Islam, bahasa Arab, sistem musuh dalam menghancurkan islam, studi islam modern dan Fiqh Ad-dakwah.
Pengetahuan modern menitikberatkan pada profesi-profesi yang dibutuhkan oleh umat misalnya dokter muslimah, perawat, guru, farmakolog, arsitek dan sebagainya yang mendukung dan bermanfaat dalam gerak dakwah Islam. Sedangkan pengetahuan kecakapan merupakan keahlian atau skill spesifik misalnya daiyah muslimah semestinya melek teknologi, menguasai komputer dan teknologi informasi dan semacamnya.
3.      Penyiapan fisik
Penyiapan jasadiyah merupakan bagian integral karena akan menjadi kendala dalam dakwah jika muslimah lemah fisik dan sering terkena sakit. Hendaknya muslimah memperhatikan penjagaan kesehatan diantaranya dengan: mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib, menjauhkan dari semua makanan yang merusak badan, menjaga kebiasaan dari hal-hal buruk misalnya merokok, mengurangi minum kopi dan minuman penyegar lainnya, rajin olahraga, dan pengaturan waktu istirahat yang cukup.
Dalam riwayat Muslim: “ Muslim yang kuat lebih baik dan lebih disukai di sisi Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan …”
4.      Penyiapan dana
Materi bukanlah segalanya, akan tetapi ia merupakan hal yang diperlukan untuk kelangsungan dakwah, baik skala individual maupun kolektif. Setiap langkah dakwah pasti membutuhkan materi, baik berupa uang yang langsung terlihat maupun berbentuk perbekalan yang tidak kelihatan secara langsung. Seorang daiyah muslimah yang bertugas melakukan dakwah di tengah masyarakat, salah satunya membutuhkans arana transportasi, yang berarti memerlukan uang untuk naik angkot atau membeli bahan bakar sepeda motor. Bahkan jika seandainya berjalan kaki, ia harus memiliki tenaga dari makanan yang dikonsumsi.
Rasulullah telah memberikan teladan kepada kita agat kita berwirausaha, pada usia dua belas tahun Rasul telah menyertai pamannya berdagang ke negeri Syam. Tentang hal ini, Al Buthy menyatakan “karena itu, para aktivis dakwah merupakan orang uang paling patut mencari penghidupan (ma’isyah) melalui usaha mandiri dari sumber yang mulia, yang tidak mengandung unsur meminta-minta, agar mereka tidak berhutang budi kepada seseorang pun yang menghalanginya dari menyatakan kebenaran di hadapan para ‘investor budi’ tersebut.”
Demikianlah persiapan maliyah amat diperlukan dalam dakwah agar para daiyah muslimah semakin tegar di jalan dakwah.

-Ophie-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar